Di 2022, BTN Fokus Menyasar Segmen Menengah Di Atas MBR
JAKARTA-Selain berkomitmen terus mendukung program pemerintah dalam menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) untuk rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk di 2022 akan fokus menyasar kelas menengah.
Direktur Utama Bank BTN, Haru Koesmahargyo, mengatakan kelas menengah yang akan disasar adalah mereka yang memiliki penghasilan di atas MBR dengan harga rumah di atas Rp200 juta sampai Rp500 jutaan dengan potensi pembiayaan KPR cukup besar.
“BTN juga akan memfokuskan kepada kelas menengah atas MBR dengan harga rumah di atas Rp200 juta dan di bawah Rp500 juta,” ungkapnya pada acara Zoom With Primus dengan tema “Prospek Pembiayaan Perumahan 2022” di Jakarta, Kamis (9/12/2021).
Haru menjelaskan adanya kebijakan pemerintah mengenai insentif pajak (PPN) rumah di bawah Rp2 miliar, kebijakan Loan to Value (LTV) dan program lainnya akan berdampak positif untuk sektor perumahan terutama juga kelas menengah atas yang mulai meningkat.
Bank BTN optimis pertumbuhan kreditnya pada tahun 2022 bisa mencapai double digit ditopang membaiknya pasar properti dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan mencapai 5,2%. Hal itu dikarenakan dukungan pemerintah untuk rumah subsidi dengan skema FLPP yang terus meningkat dan pasar properti non-subsidi juga membaik. “Pertumbuhan kredit kami tahun depan bisa double digit antara 10%,” ujar Haru.
Disebutkan, hingga semester I-2021 pertumbuhan kredit BTN mencapai 6% dan sampai kuartal III ada peningkatan sebesar 2% dan sampai akhir tahun pertumbuhan sudah di atas rata rata perbankan. Peningkatan tersebut didukung oleh pembiayaan rumah subsidi yang juga menjadi fokus BTN. “Dari pertumbuhan 6% tersebut, tentu sektor MBR ini pertumbuhannya cukup tinggi antara 10%-11%,” jelas Haru.
Kerjasama Lembaga
Selain itu, BTN juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga dan perusahaan yang menyediakan pendanaan murah dan jangka panjang. Salah satunya dengan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dan BP Jamsostek Ketenagakerjaan untuk menyediakan pendanaan bagi perumahan.
Adapun tantangan terbesar perbankan dalam pembiayaan perumahan ini adalah masih sedikitnya lembaga keuangan yang menyediakan dana murah dan jangka panjang. Karena itu, kehadiran BP Tapera ini sangat membantu dalam pembiayaan perumahan untuk jangka panjang dan stabil.
“Hadirnya BP Tapera menjawab kebutuhan pendanaan jangka panjang dan tentu stabil dan kami juga berpartner dengan developer,”pungkas Haru.
Komisioner BP Tapera Adi Setianto menjelaskan saat ini BP Tapera ditugaskan pemerintah mengelola dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan juga mengelola dana Tapera.
Dana Tapera saat ini sudah mencapai Rp9,4 triliun, dimana Rp2,7 triliun sudah siap untuk disalurkan kepada para ASN yang ingin memiliki rumah pertama, ataupun juga mau merenovasi rumah. Sedangkan dana FLPP yang akan di kelola BP Tapera di perkirakan mencapai Rp22 triliun dan dipergunakan untuk 200 ribu unit rumah MBR. “Proyek pertama kami menggandeng BTN sebagai partner,” tutur Adi.
Dia mengakui backlog perumahan di Indonesia masih tinggi mencapai 12,7 juta unit dan tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Karena itu, BP Tapera juga akan bekerjasama dengan pemerintah Daerah dalam penyediaan rumah MBR ini.
Sementara itu, Founder Of Panangian School Property Panangian Simanungkalit menjelaskan semua orang mengetahui Bank BTN sejak dulu memang leading untuk sektor perumahan terutama untuk rumah MBR. “Kalau bicara perumahan pasti BTN leading, karena sejak berdiri memang fokus sektor perumahan,” ujarnya.
Panangian memprediksi prospek bisnis properti pada tahun 2022 kembali bangkit seiring pemerintah bisa dan mampu mengendalikan Covid-19 di tahun ini. Dia meyakini bisnis properti tahun 2022 pasti lebih bagus dari tahun 2021, karena properti itu ibarat seperti lokomotif dengan gerbong. “Bila Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan 5,2%, maka sektor properti terutama perumahan bisa tumbuh sampai 15%,” ujarnya. (MRI)