Di Tengah Ancaman Inflasi, Investasi Properti Tetap Menjanjikan

0
445

JAKARTA – Meski belum diumumkan, namun wacana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) sudah santer terdengar. Rencana tersebut bahkan sudah memicu kenaikan beberapa bahan kebutuhan pokok. Ancaman inflasi pun sudah di depan mata. Lalu, apakah investasi properti masih menarik di tengah bayang-bayang inflasi?

Pemerhati Properti, Indra W Antono menyebutkan saat ini terutama sebelum inflasi terjadi adalah peluang bagi end-user maupun investor untuk melakukan pembelian properti terutama hunian. Pasalnya, inflasi akan memicu kenaikan harga properti sebagai dampak lonjakan bahan material dan tanah.

“Jadi, sebelum inflasi melesat sekaligus menjadi ancaman, serta harga tanah dan bahan material terkerek naik, maka kita harus memotivasi masyarakat termasuk milenial untuk segera memiliki properti. Saya tegaskan, sekaranglah saat tepat untuk membeli rumah,” ujar Indra yang ditulis Industriproperti.com, Jumat (2/9/2022).

Menurutnya, kalau tidak dari sekarang masyarakat membeli rumah, maka dipastikan mereka akan semakin sulit memiliki rumah. Indra menyebutkan, harga properti tidak akan pernah turun, bahkan semakin mahal, sehingga memiliki rumah harus menjadi prioritas masyarakat terlebih milenial.

Masyarakat juga tidak perlu khawatir untuk membeli rumah meski potensi kenaikan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) bakal terjadi jika inflasi terus melaju kencang. Indra mengatakan meski inflasi tinggi sekalipun, perbankan tetap akan mengambil peluang. Misalnya dengan menawarkan suku bunga tetap (fixed rate) selama 2-3 tahun.

“Perbankan tentu akan selalu mencari celah peluang dengan memberikan kemudahan dan berbagai skim, sehingga cicilan KPR tetap terjangkau selama inflasi tinggi,” jelas Indra pada diskusi “Inflasi di Depan Mata, Saatnya Beli Properti”.

Sementara untuk pengembang, di tengah ancaman inflasi dan kenaikan BBM dia mengingatkan agar terus bergerak. Yang terpenting, menurut Indra, pengembang jangan ikut-ikutan atau terpengaruh tren semata.

Proyek baru yang akan dikembangkan harus betul-betul terukur resikonya, melewati riset pasar, serta terus dievaluasi untuk mengantisipasi resiko di depan.

“Menurut saya di tengah infasi sekalipun tetap ada peluang asal pengembang jeli dan cermat. Selain itu yang penting adalah komitmen pembangunan dan serahterima harus tepat waktu,” ungkapnya.

Lebih lanjut Indra menambahkan agar dapat mengakomodir semua kebutuhan konsumen, pihak pengembang dituntut untuk terus berinovasi, karena konsumen properti saat ini lebih selektif. Hal ini menjadi tantangan yang harus diperhatikan developer saat menawarkan produk propertinya.

Dijelaskannya, geliat bisnis properti sebelum dan setelah pandemi sangatlah berbeda. Jika ingin produk properti sukses di pasaran dan bisa diterima semua kalangan, maka pengembang harus jeli mengetahui kebutuhan dan kecenderungan pasar memilih hunian.

“Karena itu sekali lagi, dibutuhkan riset pasar terutama berinovasi dari sisi digital karena salah satu pangsa pasar properti saat ini adalah milenial yang selalu butuh kecepatan informasi,” papar Indra.

Dia mengajak pengembang untuk selalu mengedukasi dan memberikan update informasi produk propertinya kepada milenial melalui media massa dan media sosial karena lebih cepat menjangkau kelompok muda ini.

Potensi Tumbuh

Hal senada diungkap Aldo Daniel, Managing Director Synthesis Huis. Menurutnya, saat ini lokasi saja tidak cukup untuk menarik minat konsumen rumah. Dalam dua tahun terakhir pihaknya berusaha melakukan beragam cara untuk memaksimalkan informasi kepada masyarakat mengenai konsep pengembangan kawasan, rancangan desain, dan penataan lingkungan di Synthesis Huis yang berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur.

“Hunian di Synthesis Huis ini menjadi pilihan yang tepat bagi milenial. Bahkan kami sengaja mengadopsi gaya arsitektur Skandinavia untuk menciptakan kesan hunian kekinian yang mengutamakan fungsi ruang sesuai kebutuhan aktivitas masyarakat milenial saat ini,” jelasnya.

Aldo menambahkan, lokasinya Synthesis Huis cukup strategis dan aksesnya mudah karena dekat sekali dengan pintu tol Pasar Rebo, dan Stasiun LRT. Kawasan hunian ini juga berdekatan dengan pusat perbelanjaan Cijantung, rumah sakit, fasilitas pendidikan, kawasan perkantoran dan taman kota.

“Pintu tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) hanya berjarak satu kilometer dari kawasan kami ini. Jalan tol tersebut terkoneksi ke delapan ruas tol di Jakarta, sehingga memudahkan penghuni menuju arah manapun,” papar Aldo.

Dari analisanya, Indra W Antono mempaparkan bahwa Synthesis Huis hadir di lokasi yang sangat tepat. Selain strategis, wilayah Jakarta Timur juga memiliki potensi investasi yang cukup tinggi, serta belum tergarap secara maksimal dan masif. Selain itu, desain yang ditawarkan juga menarik.

Hype wilayah Jakarta Timur itu perlu ada pengembang yang melakukan dan menginformasikan secara masif. Ini merupakan tantangan yang harus dilakukan dan dipertimbangkan developer Synthesis Huis sebagai pionir di kawasan hunian premium di Cijantung bahkan Jakarta Timur,” ujarnya.

Indra melihat harga rumah yang ditawarkan di Synthesis Huis saat ini mulai dari Rp1,6 miliar per unit sangat terjangkau bagi milenial. Bahkan ke depan berpotensi naik di atas Rp2,5 miliar pasca rumah selesai dibangun.

“Konsepnya bagus, dan pembeli sekarang juga mendapat harga yang bagus karena harga pasti akan naik,” pungkas Indra W Antono. (MRI)