Indonesia Ajak G20 Percepat Transisi Energi
Jakarta – Indonesia mengajak negara-negara kelompok G20 untuk mempercepat proses transisi energi serta memperkuat sistem energi global yang berkelanjutan. Untuk itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meluncurkan Transisi Energi G20, pada Kamis, 10 Februari 2022.
Transisi Energi G20 merupakan bagian Presidensi G20 Indonesia sejak 1 Desember 2021 hingga KTT G20 November 2022. Presidensi ini menjadi sangat penting bagi Indonesia sebagai warga global yang mempunyai peran penting mendukung energi bersih dan iklim dunia.
“Transisi Energi G20 akan menghasilkan persidangan G20 yang lebih konkret guna memperkuat sistem energi global yang berkelanjutan, berkeadilan dalam konteks pemulihan berkelanjutan,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, dalam siaran persnya, Kamis, 10 Februari 2022.
Pada pilar transisi energi, imbuh Arifin, akan mengangkat tiga isu prioritas, yaitu akses, teknologi, dan pendanaan. “Dengan urgensi ketiga isu ini, kami berharap akan tercapai kesepakatan global dalam mengakselerasi transisi energi,” jelasnya.
Melalui forum ini pula, Indonesia mampu menghimpun komitmen global dalam rangka mencapai target Agenda 2030 sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. “Hasil Utama atau Lighthouse Deliverable merupakan harapan Presidensi Indonesia sebagai tindak lanjut aksi-aksi pasca-COP26 dan Presidensi G20 sebelumnya. Hal ini dalam rangka mencapai Karbon Netral, yang Indonesia targetkan pada 2060, atau lebih cepat lagi dengan dukungan riil dari komunitas internasional,” jelas Arifin.
Perubahan Paradigma
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mewakili Presiden RI menekankan aksi transisi energi secara berkeadilan serta tidak berdampak negatif pada sosial ekonomi masyarakat.
“Perubahan paradigma pasti akan berdampak pada perubahan pekerjaan, skenario pembangunan, orientasi bisnis, dan lainnya. Jadi, kita ingin yang berkeadilan, yang bebannya berat harus dibantu, yang sudah siap silakan jalan sendiri selagi membantu yang belum mampu. Kerja sama global yang kuat harus mendukung. Ini yang akan kita bangun di G20 Indonesia. Inilah yang kita maksud dengan global deal,” ungkap Luhut.
Sebagai bagian dari implementasi transisi energi di Indonesia, pemerintah akan terus mendorong lahirnya industri yang lebih hijau dan mendorong kontribusi swasta maupun filantropi melakukan pendanaan inovatif.
Selanjutnya, Menteri ESDM pun mengajak semua pihak untuk turut serta berkolaborasi aktif menyukseskan Presidensi G20 Indonesia yang mengusung tema utama, yaitu Recover Together, Recover Stronger. “Presidensi G20 merupakan kesempatan sangat langka bagi Indonesia. Mari sukseskan Forum Transisi Energi G20 2022 yang terdiri dari Rangkaian Pertemuan Energy Transitions Working Group (ETWG) dan Energy Transition Ministerial Meeting (ETMM). Selain itu, Virtual Webinar Events, Investment Forum, dan parallel events lainnya,” harapnya.
Dukungan Internasional
Komitmen Indonesia mengupayakan kesepakatan global (global deal) dalam mengakselerasi percepatan transisi energi mendapat dukungan penuh dari sejumlah organisasi internasional.
Sebagai negara yang memiliki pengaruh di kawasan Asia Tenggara atas isu-isu energi global, Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Fatih Birol mengatakan Indonesia punya pengaruh kuat di Asia Tenggara atas isu-isu energi global.
“Sebuah kehormatan bagi saya dan IEA untuk mendukung agenda Indonesia apalagi sebagai negara berkembang pertama yang menjadi Presidensi G20. Saya dan Menteri ESDM tengah menjalankan kolaborasi Indonesia-IEA. IEA dipercaya sebagai strategic advisor Indonesia dalam Presidensi G20 pada agenda Transisi Energi,” kata Fatih.
Dukungan juga datang dari International Renewable Energy Agency (IRENA). “Saya senang hal ini teridentifikasi sebagai isu priotas pada Presidensi G20 Indonesia. Indonesia memiliki kesempatan tidak hanya mendorong momentum politik. Tapi juga menunjukkan kepemimpinan transisi energi melalui aksi. Saya menyambut baik komitmen Indonesia mencapai net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat,” jelas Director General IRENA Francesco La Camera.
La Camera menegaskan, perjanjian kemitraan antara IRENA dan Indonesia selama COP26 menunjukkan kesiapannya. “Kami siap membantu dalam konteks Presidensi G20. Selain itu, kami juga akan membantu pencapaian tujuan transisi energi nasional yang lebih luas serta memobilisasi pembiayaan dan investor,” ungkapnya.
United Nations The Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN ESCAP) juga menegaskan dukungan terhadap Presiden G20 Indonesia dalam isu transisi energi. “ESCAP sangat mendukung aspirasi Indonesia dalam mendorong energi berkelanjutan. Kami akan membantu secara teknis rencana aksi terhadap implementasi energi bersih di negara berkembang yang fokus pada negara-negara kepulauan,” ujar Sekretaris Eksekutif ESCAP Arsmida S Alisjahbana. (BRN)