
Ketua IAP DKI Jakarta, Adhamaski Pangeran. (Foto: Sandiyu Nuryono)
Jakarta – Pemindahan ibu kota negara ke Nusantara tak berpengaruh besar terhadap Jakarta yang tampaknya akan hanya jadi pusat bisnis. Namun, sejumlah tantangan tetap menghadang pasca Jakarta tak lagi jadi pusat pemerintahan lagi.
“Tantangan Jakarta setelah tidak jadi ibu kota negara sebenarnya bagaimana kita mengelola kawasan metropolitan Jabodetabek,” kata Ketua IAP DKI Jakarta, Adhamaski Pangeran dalam acara DIskusi Instagram Live bertajuk ‘Jakarta Pasca Ibukota Pindah ke Nusantara’ pada Selasa 6 Desember 2022.
Adham, demikian dia akrab disapa menjelaskan, perkembangan perumahan yang kian ke pinggiran Jakarta membutuhkan transportasi publik yang mumpuni.
“Sekarang, kawasan perumahan itu banyak di luar Jakarta yang affordable atau terjangkau oleh daya beli masyarakat sekarang. Ke depan kalau kondisinya seperti ini terus, orang banyak tinggal di sekitaran Jakarta, tapi harus bekerja di Jakarta. Itu butuh transportasi publik yang memadai,” urai Adham.
Jika kondisi seperti itu terus berlanjut maka Jakarta disebut oleh para ahli planologi akan menjadi sebuah kota ‘donat’.
“Ke depan kalau begini terus, Jakarta akan seperti kota donut yang tengahnya kosong, pinggirannya yang ramai. Apalagi di pinggir Jakarta untuk soal perumahan menawarkan banyak hal yang Jakarta tidak punya, misalnya bebas banjir,” ujar Adham.
Untuk itu, Jakarta mesti berbenah dengan melibatkan pula daerah sekitarnya, yaitu Jabodetabekpunjur (Jakarta Bogor, Depok, Tangerang, Puncak dan Cianjur).
RTRW
Selain itu, imbuh Adham, Jakarta juga harus memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang baru untuk menyesuaikan dengan aturan yang baru.
“Jakarta harus punya RTRW yang baru. Saat ini, Jakarta sudah punya rencana detail tata ruang baru (RDTR), tapi masih belum ada rencana tata ruang wilayah baru yang menyesuaikan dengan peraturan terkini termasuk peraturan ibu kota negara,” kata Adham.
Kemudian, terkait dengan aset negara berupa bangunan yang ada di Jakarta juga harus ada kejelasan pasca ibu kota pindah ke Nusantara.
“Kita belum mengetahui bangunan itu mau dijadikan seperti apa,” ujar Adham.
Adham juga meyoroti bahwa kepindahan ibu kota ke Nusantara akan menjadikan Jakarta fokus menjadi pusat bisnis. Sebab, infrastruktur Jakarta sudah sangat lengkap guna menunjang transformasi menjadi kota bisnis.
“Jakarta setelah tidak jadi ibukota akan berubah karena aktivitas pemerintahannya, tapi aktivitas bisnisnya akan tetap seperti saat ini malah mungkin akan lebih baik. Jakarta sebetulnya base ekonominya sudah sangat besar, terus infrastrukturnya juga sudah sangat lengkap,” pungkas Adham. (SAN)