Properti Asia Tenggara Tumbuh Satu Dekade Mendatang

Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Jakarta – Kawasan Asia Tenggara diprediksi akan menjadi salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi global. Geliat perekonomian membuat prospek pasar properti di Asia Tenggara siap pulih dalam satu dekade kedepan.
Mengutip Laporan Southeast Asia Outlook 2023 Cushman & Wakefield, rata-rata laju pertumbuhan perekonomian di kawasan Asia Tenggara sebesar 4,7 persen pada tahun 2023. Angka itu mendekati pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi yakni 5 persen per tahun.
“Meskipun laju pertumbuhan ekonomi berbeda-beda di pasar, ekonomi Asia Tenggara sangat besar dan memiliki populasi terbesar ketiga setelah China dan India. Kawasan ini menawarkan beragam kesempatan investasi sebagai daerah yang tumbuh pesat,” ucap Head of Asia Pacific Tenant Representation and Managing Director, Cushman & Wakefield India & Southeast Asia, Anshul Jain, dalam keterangan persnya, Selasa, 9 Mei 2023.
Pendorong utama pemulihan ini termasuk pembukaan kembali China setelah pandemi. Ini menjadi faktor pendorong bagi Asia Pasifik dengan Asia Tenggara sebagai penerima manfaat utama. Apalagi adanya pertumbuhan perdagangan yang lebih kuat di seluruh ekonomi Asia Tenggara.
Anshul menyoroti dampak positif dari pembukaan kembali China terhadap Asia Tenggara. “Pembukaan kembali China adalah katalis bagi ekonomi Asia Tenggara mengingat China adalah tujuan ekspor utama. Permintaan konsumsi yang lebih tinggi dari China memberi harapan baik bagi investasi komersial, industri, dan residensial di wilayah tersebut,” papar Anshul.
Mulai pulihnya industri pariwisata dalam jangka pendek juga mendorong geliat di subsektor perhotelan dan bisnis ritel. “Subsektor perhotelan dan retail juga ikut menggeliat seiring pemulihan industri pariwisata,” paparnya.
Properti Hijau
Laporan Southeast Asia Outlook 2023 Cushman & Wakefield juga mengidentifikasi sejumlah faktor penggerak lainnya yang berkontribusi pada pertumbuhan pasar Asia Tenggara. “Khusus di Indonesia dan Vietnam, potensi percepatan institusionalisasi realestat realestat sebagai imbas adanya kebijakan terkait pembangunan, kemudahan berbisnis dan efektivitas pemerintahan yang semakin membaik,” ucapnya.
Anshul menambahkan, potensi pasar properti di Asia Tenggara juga tumbuh seiring berlakunya kebijakan bangunan hijau di kawasan tersebut. “Pasar bangunan jijau dapat bernilai US$20 miliar – US$25 miliar pada tahun 2030,” pungkasnya. (BRN)