Riyadh Group Indonesia Lirik Pasar Apartemen Servis di Cilegon
CILEGON – Kelompok usaha properti, Riyadh Group Indonesia melirik segmen pasar serviced apartment atau apartemen servis untuk para pekerja asing (ekspatriat) di Cilegon, Banten. Perseroan akan “menyulap” sebuah hotel bintang empat menjadi kondominium hotel (kondotel).
Melalui anak usahanya PT Bally Internasional Hotel & Resort (BIHR), grup usaha ini telah menandatangani kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan PT Grand Mangkuputra, Sabtu (22/1). Dengan kerjasama ini, BIHR nantinya akan mengelola dan mengembangkan kawasan terpadu (mixed use) The Grand Mangkuputra Arcade seluas 4,5 hektar.
MoU ditandatangani kedua belah pihak diwakili Tubagus Iman Ariyadi selaku Direktur Utama PT Grand Mangkuputra dan Bally Saputra Datuk Janosati selaku Presiden Direktur Riyadh Group Indonesia.
Direktur Utama BIHR, Aris Syamsul Hidayat mengatakan Kota Cilegon dahulu lebih dikenal sebagai kota industri yang sibuk dengan pabrik-pabrik skala besar. Namun saat ini, kota tersebut sudah menjadi tujuan untuk bersantai (leisure) bagi warga Jabodetabek dan warga Sumatera. Seperti diketahui, Cilegon merupakan pintu gerbang di sebelah barat Pulau Jawa.
“Sekarang kota ini menjadi salah satu destinasi untuk warga Jabodetabek dan Sumatera. Orang dari Jakarta mau ke Sumatera pasti lewat Cilegon. Demikian pula dari Sumatera mau ke Jawa masuknya melewati Cilegon. Ini daya tarik Kota Cilegon untuk destinasi leisure yang belum banyak dilirik investor,” kata Aris kepada Industriproperti.com, Senin (24/1).
Sadar dengan potensi yang besar tersebut, BIHR hadir di Kota Cilegon melalui pengembangan kawasan The Grand Mangkuputra Arcade. Nantinya, menurut Aris, lokasi ini akan menjadi ikon baru bagi Provinsi Banten khususnya Kota Cilegon karena semua fasilitas bisnis dan hiburan tersedia di The Grand Mangkuputra Arcade.
“Konsep kami adalah lokasi ini menjadi tempat bertemunya aktivitas bisnis dan leisure. Sambil bisnis orang bisa berlibur, demikian pula sebaliknya. Kami melihat ke depan semakin banyak investor yang akan masuk ke Cilegon dan mereka butuh fasilitas memadai,” jelas Aris.
Disebutkan, saat ini rata-rata tingkat okupansi hotel di Cilegon mencapai 70% saat weekday, dan di atas persentase pada saat weekend. Rata-rata tinggal tamu hotel di Cilegon adalah antara 2-3 hari.
Kelebihan The Grand Mangkuputra Arcade, karena di lokasi ini ada kondotel dan apartemen yang dikelola sebagai serviced apartment. Menurut Aris, konsep hunian berlayanan ini lebih disukai ekspatriat karena dianggap lebih aman dan nyaman bagi warga negara asing. Pengelolaannya nanti akan dilakukan oleh BIHR.
Presiden Direktur Riyadh Group Indonesia, Bally Saputra mengatakan Hotel The Grand Mangku Putra Arcade yang saat sudah berdiri segera dialihfungsikan dan di-rebranding menjadi Bally Hotel and Convention Center dengan fokus menjadi kondotel bintang empat. Kondotel ini akan direnovasi yang diperkirakan butuh waktu hingga enam bulan ke depan.
Pihaknya menawarkan rental guarantee sebesar 8% per tahun selama 8 tahun kepada pemilik unit dari penyewaan 130 unit kondotel itu. Unit kondotel dijual fully furnished dengan hak milik atas satuan rumah susun (strata-title) seharga Rp 1 miliaran hingga Rp 2 miliaran. Tipe kamar rata-rata seluas 30 meter persegi. Bagi pembeli disediakan KPA dari Bank BNI dan bank lainnya.
The Grand Mangkuputra Arcade berlokasi sangat strategis di jantung Kota Cilegon dan persis berada di pintu tol Cilegon Timur.
“Cilegon ini adalah salah satu kota terkaya di Indonesia, mungkin masuk lima besar. Di kota ini berdiri banyak industri dan pabrik berskala besar yang banyak menggunakan tenaga kerja asing. Warga asing ini menjadi nilai tambah bagi potensi pasar properti di Kota Cilegon,” kata Bally yang juga Sekretaris BPO DPP Realestat Indonesia (REI) tersebut.
Namun sayangnya, kata Konsul Kehormatan Nepal itu, untuk sampai saat ini belum ada hotel, gedung pertemuan, lifestyle mall, apartemen, kondotel serta rumah sakit yang memadai di kota berjuluk Kota Baja tersebut.
Para karyawan industri termasuk ekspatriat di Cilegon justru lebih memilih untuk tinggal di Serang, Karawaci, BSD City atau Alam Sutera yang butuh waktu tempuh sekitar 30-45 menit dari Cilegon. aktivitas korporasi juga banyak mereka selenggarakan di luar Kota Cilegon karena minimnya fasilitas gedung pertemuan dan ruang rapat (meeting room).
Dari sisi lokasi, Cilegon sangat strategis karena berada di tengah-tengah Anyer, Bojonegara, Merak, Serang dan Lampung sehingga bisa menjadi magnet baru bagi aktivitas bisnis dan perekonomian di Provinsi Banten.
Restoran Padang Terbesar
Selain mulai memasarkan unit kondotel, di lokasi The Grand Mangku Putra Arcade, menurut Bally, segera dibuka Restoran Padang The New Natrabu dengan kapasitas sekitar 600 kursi yang disebutnya sebagai restoran Padang terbesar di dunia.
Di restoran ini, masyarakat Kota Cilegon termasuk pekerja industri dapat menikmati makanan khas Gulai Kepala Ikan dengan nuansa ala Ranah Minang dan alunan musik tradisional Talempong.
“Di sini kami juga akan sediakan The Consulate Lounge yang bisa menjadi tempat berkumpulnya para pekerja asing dan pelaku bisnis serta masyarakat Cilegon. Kapasitasnya cukup untuk 250 orang, lengkap dengan live music-nya,” ungkap Bally.
Sedangkan gedung convention centre dan meeting room di The Grand Mangkuputra Arcade sudah tersedia dan mampu menampung sekitar 2000 orang.
Untuk pengembangan di The Grand Mangkuputra Arcade ke depan, Bally mengungkapkan di tahap pertama akan dibangun lifestyle mall seluas 5000 meter persegi untuk sekitar 25 penyewa (tenant). Mall ini akan dikembangkan di atas lahan seluas 2,5 hektar.
Selain itu, Riyadh Group Indonesia juga berencana membangun dua tower apartemen dengan total 800 unit dan satu hotel bintang 3 di lokasi tersebut. Bally berharap apartemen ini dapat dibangun pasca pandemi Covid-19 berlalu, atau paling lama tahun 2024. (MRI)