Tiga Jurus Jokowi Hindari Ancaman Krisis Global

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak bangsa Indonesia optimistis, namun tetap berhati-hati menghadapi ancaman krisis global di tahun 2023.
0
487

Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak bangsa Indonesia optimistis, namun tetap berhati-hati menghadapi ancaman krisis global di tahun 2023. Untuk itu, Kepala Negara menyampaikan tiga hal yang harus menjadi perhatian dalam menyikapi kondisi global tersebut.

Pertama, nilai ekspor produk Indonesia yang tahun lalu dan sekarang melompat sangat tinggi dapat mengalami penurunan di tahun depan. Hal ini imbas dari ancaman krisis global yang dihadapi sejumlah negara mitra dagang Indonesia, misalnya, Tiongkok dan Uni Eropa.

“Problem di Tiongkok yang belum selesai sehingga ekonomi mereka turun karena policy nol Covid-19. Kemudian di Uni Eropa juga sama. Pelemahan ekonomi pasti, resesinya kapan, tinggal tunggu saja. Kita tunggu saja, tapi pelemahan ekonomi pasti,” ucap Presiden Joko Widodo saat berbicara di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2022, di Assembly Hall Jakarta Convention Center, Rabu, 30 November 2022.

Presiden menyatakan, Amerika Serikat juga menghadapi problem serupa. “Fed Funds Rate terus naik. Artinya, itu mengerem pertumbuhan sehingga ekonominya akan melemah. Ekspor kita ke sana juga besar sehingga harus lebih hati-hati,” ujarnya.

Fokus kedua, lanjut Presiden, adalah persoalan investasi. Upaya reformasi struktural oleh Pemerintah Indonesia telah mendorong tumbuhnya kepercayaan investor.

“Investor melihat bahwa kita memang ingin membangun sebuah cara kerja baru. Kita ingin membangun sebuah mindset baru. Itu lah yang menimbulkan trust dan kepercayaan terhadap kita. Tapi hati-hati, masih perlu policy-policy yang kita reform, dan perlu pelaksanaan di lapangan yang benar,” imbuhnya.

Di tahun 2023 pemerintah menargetkan investasi sebesar Rp 1.400 triliun, naik dari tahun 2021 sebesar Rp 900 triliun dan tahun 2022 sebesar Rp 1.200 triliun. Meski tidak mudah karena semua negara berebut investasi, Presiden meyakini pemerataan pembangunan di tanah air mampu menarik minat investor untuk menanamkan modal di Indonesia.

“Saya titip kepada seluruh kementerian, kepada gubernur, kepada bupati, dan kepada wali kota. Jangan sampai ada yang mempersulit, mengganggu capital inflow/arus modal masuk dalam rangka investasi. Sebab ini menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekonomi kita,” kata Presiden.

Titik Pertumbuhan Baru

Presiden menambahkan, pemerataan pembangunan juga berdampak besar pada peningkatan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru sekaligus investasi di luar Jawa. Sebut saja, di kawasan pariwisata Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, dan Morowali di Sulawesi Tengah.

“Saya mendapat laporan bahwa sekarang investasi di luar Jawa sudah lebih besar dari Pulau Jawa. Dulu biasanya angkanya 70:30, Jawa 70, luar Jawa 30. Sekarang, luar Jawa sudah 53 persen. Menurut saya, ini keberhasilan membangun infrastruktur yang menumbuhkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru dan diikuti oleh investasi menuju ke luar Jawa,” tuturnya.

Ketiga, Presiden menekankan pentingnya menjaga konsumsi rumah tangga yang sangat berdampak pada produk domestik bruto (PDB) nasional.

“Hati-hati mengenai pasokan pangan, hati-hati mengenai pasokan energi, yang harus betul-betul kita jaga agar konsumsi rumah tangga ini tetap tumbuh dengan baik, sehingga growth kita akan sesuai dengan target yang telah kita buat,” pungkasnya. (BRN)