4 Efek Perlambatan Ekonomi Global pada Pasar Properti Indonesia

Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Jakarta – Ekonomi global telah menunjukkan tanda-tanda perlambatan pada sebagian besar pasar global di Amerika Utara dan juga Eropa. Perlambatan ekonomi global turut memberikan efek terhadap pasar properti di Indonesia.
“Harapannya adalah ekonomi Indonesia berada di posisi yang kuat untuk menahan perlambatan ekonomi global yang tertunda karena kuatnya ekonomi konsumen domestik kita yang kuat dan sektor pertambangan dan komoditas yang sehat,” ujar Colliers Indonesia Head of Capital Markets & Investment Services, Steve Atherton dalam keterangan resmi yang diterima industriproperti.com, Selasa 6 September 2022.
Steve menjelaskan, ada 4 efek perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia. Pertama, Suku Bunga Bank Indonesia (BI) baru saja mengalami kenaikan menjadi 3,75% dari 3,5%. Hal ini menandakan peningkatan pertama sejak November 2018, ketika tolok ukur berada pada 6%.
Saat Federal Reserve dan Bank Sentral lain dalam usaha untuk melawan inflasi dan kenaikan Dollar terus meningkatkan suku bunga, akan berimbas pada semakin banyaknya tekanan pada BI untuk mengikuti serta meningkatkan suku bunga.
“Pada akhirnya, hal ini akan mempengaruhi biaya pendanaan bagi pengembang, investor, dan end-user di Indonesia,” ujar Steve.
Efek yang kedua terhadap pasar properti Indonesia adalah inflasi juga meningkat pada level 4.94% (tahun ke tahun) dengan kenaikan harga bahan bangunan tertentu mencapai hingga 20-30%. Sementara pengembang properti berusaha menahan harga mereka untuk mempertahankan penjualan dan penyerapan yang baik. Pada titik tertentu pengembang harus membiarkan biaya konstruksi lebih tinggi yang kemudian berpengaruh kepada harga jual yang menjadi lebih tinggi.
Investor Asing Kembali
Ketiga, investor asing telah kembali, namun lebih berhati-hati dalam mengambil langkah. Sebab, mereka berupaya untuk memberi komitmen pendanaan sebagai strategi baru di Indonesia. Sebagian besar investor asing, termasuk pengembang, dana ekuitas swasta, dana berdaulat, dana institusional, dan investor swasta, biasanya akan memprioritaskan pilihan terhadap mitra lokal sebagai langkah pertama dalam proses investasi.
Langkah selanjutnya yaitu memilih jenis aset, serta memvalidasi jenis aset yang ketersediaannya tidak berlebih dengan margin keuntungan yang dapat dicapai untuk memenuhi target minimum mereka.
“Colliers memperkirakan target kelas aset utama selama 12 hingga 18 bulan kedepan antara lain adalah rumah tapak, townships, logistik, data centres,” terang Steve.
Keempat, investor kontrarian (lokal dan asing) dapat menjadi faktor karena pasar properti lokal mengalami lebih banyak keterbatasan dalam hal permintaan jangka pendek dan beberapa bentuk kesulitan lain seperti pinjaman bank yang gagal dibayar, dan meningkatnya tekanan untuk membayar kembali bunga dan pinjaman yang ditangguhkan. Bahkan dengan kinerja pasar kantor dan apartemen yang sedang melemah saat ini,
“Colliers memandang adanya beberapa peluang investasi. Ini dikarenakan investor kontrarian berharap dapat memperoleh properti dengan harga terjangkau bahkan dibawah biaya penggantian. Serta dapat mengatur waktu investasi mereka dengan sempurna sesuai dengan siklus properti berikutnya. Colliers melihat adanya pengaturan ulang dalam permintaan, penyerapan, serta penetapan harga kantor dan apartemen,” urai Steve.
Pasar Ritel
Khusus sektor ritel, lembaga konsultan properti Knight Frank Indonesia menyatakan pasokan ruang ritel di Jakarta saat ini bertambah menjadi 4.917.166 m3. Penambahan ruang ritel tersebut salah satunya berasal dari masuknya kembali Sarinah Redevelopment dan 1 ritel di kawasan Tanahabang.
“Jumlah properti ritel baru mencapai 247.000 meter persegi dan umumnya bukan di lokasi pusat bisnis. Kami melihat hanya satu properti ritel yang masuk di wilayah pusat bisnis,” kata Senior Research Advisor Knight Frank, Syarifah Syaukat.
Di Jakarta, imbuh Syarifah akan ada penambahan 6 mal di Jakarta di tahun 2022. Ke-enam mal tersebut, antara lain, Thamrin Nine Mixed, Holland Village Mall dan Menara Jakarta Shopping Mall. Lalu, Daan Mogot City, Pusat Grosir Senen Jaya dan Fatmawati City Center. (SAN)