Harga Besi Terus Melambung, REI Usulkan Prototype Desain Rumah Sederhana

Pembangunan Rumah MBR/Foto ilustrasi: Rinaldi
JAKARTA- Kenaikan harga besi dan baja tampaknya sulit terbendung. Kondisi itu membuat pengembang khususnya yang membangun rumah subsidi makin terjepit, sementara di sisi lain pemerintah tidak menaikkan harga jual rumah subsidi pada tahun ini.
Menanggapi masalah kenaikan beberapa bahan material di pasar terutama besi dan baja, Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) mengusulkan perlunya prototype desain rumah sederhana tapak yang bisa digunakan di seluruh Indonesia mulai tahun ini.
Desain tersebut diharapkan dapat membantu pengembang untuk menghemat dana konstruksi hingga 5% sebagai kompensasi atas melonjaknya harga besi dan baja.
“Kami memahami bahwa kenaikan harga besi, baja, dan bahan material lain termasuk upah tukang tidak bisa dibendung. (Kenaikan) pasti terjadi karena mengikuti mekanisme pasar, kecuali pemerintah mampu mengontrol harga bahan material untuk rumah subsidi tidak naik. Artinya, mau tidak mau pengembang yang harus menyesuaikan dengan kondisi harga di pasar,” ujar Wakil Ketua Umum Koordinator DPP REI bidang Rumah Subsidi dan Aparatur Sipil Negara, Oka Moerod kepada Industriproperti.com, Rabu (27/1/2021).
Oleh karena itu, REI sudah melakukan diskusi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) agar membuat tim khusus untuk menyusun dan membuat prototype desain rumah sederhana tapak secara seragam.

Wakil Ketua Umum Koordinator DPP REI Oka Moerod
Moerod menjelaskan dengan desain rumah yang seragam ini bisa mengurangi biaya-biaya aksesoris rumah yang biasanya berbeda-beda di setiap daerah. Dia memberi contoh ada beberapa daerah yang menggunakan atap bertingkat dan teras batu alam.
“Nah kami berharap dengan desain yang sama setidaknya ada dana yang bisa dikompensasi untuk material saja,” papar Moerod.
Menurut dia, perubahan desain ini tidak akan berpengaruh pada keselamatan konstruksi dan kesehatan penghuni di rumah karena yang dikurangi adalah asesoris rumah, sedangkan spesifikasi penting lain tetap dipenuhi pengembang. Meski di sisi lain, Moerod tidak menafikkan kalau di sejumlah daerah terdapat kearifan lokal termasuk dalam hal bahan material rumah yang tidak dapat dikurangi, maka kondisi tersebut dapat dikecualikan.
“Tentu saja ini masih usulan, bisa diterima bisa tidak. Hanya saja harus sekarang dilakukan karena tentu proses pembuatan prototype-nya butuh waktu termasuk tahapan di Balitbang PUPR,” tegas Moerod.
Ketergantungan Impor
Moerod menjelaskan kenaikan besi dan baja ringan terjadi karena kedua barang ini masih diimpor, sehingga pada masa pandemi biaya logistik yang tinggi menyebabkan harganya melambung. Oleh karena itu, Moerod sangat mendukung apabila pemerintah bisa menyediakan dan membantu dunia usaha dengan memproduksi sendiri bahan material di dalam negeri terlebih besi dan baja.
Apalagi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono beberapa waktu lalu sudah mendorong dunia usaha untuk menggunakan produk lokal dalam pembangunan konstruksi termasuk perumahan. Sayangnya, kata Moerod, imbauan itu belum berjalan karena kurang didukung kemampuan produksi lokal dan dukungan pemerintah masih kurang memadai.
“Kelak kalau pejabat Indonesia sudah amanah, benar-benar mau, dan mampu tentu semua bisa kita produksi di dalam negeri. Indonesia sangat kaya alamnya dan kita mampu mengelolanya. Kalau sudah tersedia bahan material lokal dengan kualitas dan harga bersaing, maka pengembang pasti akan senang memakai produk dari dalam negeri sendiri,” tegas Moerod. (MRI)