Pengembangan KEK Industri untuk Akselerasi Investasi

Pemerintah terus mengakselerasi pengembangan KEK untuk sebaran industri serta menyerap investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
0
198

Jakarta – Pemerintah terus mengakselerasi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk sebaran industri serta menyerap investasi yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Saat ini, di Indonesia terdapat 19 KEK yang terdiri dari 11 KEK industri dan delapan KEK pariwisata. Sebanyak delapan dari ke-11 KEK industri telah beroperasi.

“Delapan KEK industri itu adalah KEK Arun Lhokseumawe, KEK Sei Mangkei, KEK Galang Batang dan KEK Kendal. Selanjutnya, ada KEK MBTK (Maloy Batuta Trans Kalimantan), KEK Palu, KEK Bitung dan KEK Sorong,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, Eko S.A. Cahyanto dalam siaran pers, Senin, 6 Desember 2021.

Adapun pengembangan tiga KEK lainnya masih dalam tahap pembangunan, yaitu KEK Batam Aero Technic (BAT), KEK Tanjung Api-api dan KEK Gresik. Eko menyebut, kinerja ekspor produk yang berasal dari KEK terus berjalan dan terus meningkat. Hal ini menandakan bahwa kebijakan pemerintah masih dalam trek yang tepat.

Pada tahun 2020, nilai ekspor dari KEK Sei Mangkei mencapai Rp 5,18 triliun. Angka ini terus bertambah seiring dengan berlanjutnya produksi oleokimia dari kawasan tersebut. Sedangkan KEK Palu mencatat pendapatan ekspor sebesar Rp 79,9 miliar.

Selain itu, KEK juga membantu penciptaan lapangan kerja hingga mewujudkan pemerataan ekonomi secara regional. KEK Kendal misalnya, mampu menyerap tenaga kerja terbanyak hingga mencapai 8.690 orang. Kemudian diikuti oleh KEK Galang Batang dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 4.531 orang.

“Secara keseluruhan, jumlah tenaga kerja yang telah terserap dengan hadirnya KEK-KEK telah mencapai lebih dari 27.000 orang,” sebut Eko.

Lebih lanjut, dari 19 KEK yang telah ditetapkan oleh pemerintah, terdapat total komitmen investasi sebesar Rp 92,9 triliun dan yang telah terealisasi mencapai Rp 54,6 triliun. Investasi terbesar diterima KEK Galang Batang dengan jumlah Rp 12,8 triliun. Menyusul KEK Sei Mangkei sebesar Rp 5,2 triliun dan KEK Kendal sebesar Rp 2 triliun.

Komitmen PTFI

Nilai komitmen tersebut semakin bertambah dengan hadirnya investasi PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Industri JIIPE Gresik yang telah melaksanakan ground breaking pada 11 Oktober 2021 lalu. Nilai investasi pembangunan smelter mencapai Rp 42 triliun.

PTFI melakukan pembangunan fasilitas pemurnian tembaga baru dengan desain kapasitas single line terbesar di dunia yang mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan menyerap 40.000 tenaga kerja.

“Namun, smelter tersebut memerlukan pasokan gas yang stabil dan harga yang kompetitif dari JIIPE sebagai pengelola kawasan industri,” imbuh Eko.

Bahkan, produk samping berupa asam sulfat, terak tembaga, dan gypsum, akan dipakai ulang sebagai bahan baku atau bahan penolong bagi industri pupuk di kawasan industri JIIPE Gresik. “Artinya, seluruh alur rantai produksi akan tercipta di dalam kawasan industri JIIPE. Harapannya akan memberi manfaat luas bagi perekonomian Gresik dan Jawa Timur hingga nasional,” jelas dia.

Pemerintah terus berupaya mencari terobosan dan solusi terhadap tantangan dunia industri. Sebut saja, pasokan bahan baku dan bahan penolong, infrastruktur, utilitas dan ketersediaan tenaga ahli. Tantangan lainnya yakni tekanan produk impor, limbah B3, kebutuhan sektor industri kecil dan menengah (IKM), logistik sektor industri, serta penguatan basis data sektor industri. (BRN)