
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
Jakarta – Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) sering kali menimbulkan kekhawatiran akan mempengaruhi performa sektor properti. Namun, tidak demikian untuk properti residensial yang memiliki resiliensi tinggi terhadap kondisi pemilu.
“Dari result riset yang kami miliki untuk sektor residensial misalnya sektor residensial ini termasuk sektor yang punya resiliensi tinggi, punya daya tahan tinggi,” kata Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat dalam Press Conference Jakarta Property Highlight H2 2023 secara virtual pada Rabu, 21 Februari 2024.
Syarifah menjelaskan, properti residensial ini memiliki dua tipe konsumen, yaitu end user dan investor yang dapat mempengaruhi performa. Dari kedua tipe konsumen tersebut, tahun politik tidak mempengaruhi jalannya proses transaksi properti residensial.
“Untuk end user sebenarnya mendominasi pasar kita saat ini. End user ini sangat tidak tergantung dengan tahun politik, Jadi, tetap berjalan, tetap bertransaksi meskipun di tengah tahun politik,” urainya.
Bahkan, Syarifah melihat di tahun 2014 lalu dari data yang dimiilkinya, penjualan unit-unit hunian vertikal justru mengalami angka yang cukup baik dan terjadi peningkatan yang cukup tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya.
“Jadi memang agak tidak terpengaruh dengan proses-proses yang terjadi di tahun politik untuk pembeli dengan tipe end user,” imbuhnya.
Sebaliknya, jika melihat pembeli dengan tipe investor, mereka akan melihat dulu bagaimana potensinya ke depan dan menghitung seberapa besar prospeknya untuk menginvestasikan dana di sektor residensial. Tipe konsumen ini diprediksi pula memiliki radar yang lebih growth apakah investasi menguntungkan dalam sektor residensial ataupun komersial.
Sektor Perkantoran
Sementara untuk sektor perkantoran, Syarifah memandang akan terjadi koreksi jika berkaca pada kondisi yang sama di tiga tahun pemilu sebelumnya, yakni di tahun 2019, 2014 dan 2009.
“Saya melihat bahwa di 2019, 2014 dan 2009 tidak bisa dipungkiri ada koreksi jika menggunakan variabel reviewnya adalah tingkat okupansi,” ujarnya.
Pada masa itu, tingkat okupansi perkantoran mengalami koreksi di kisaran 2-3%. Meski mengalami koreksi, performa sektor perkantoran akan kembali ke kondisi semula dalam waktu yang tidak lama.
“Dari historical data yang kami miliki saya melihat bahwa paling cepa satu semester performa ini akan bangkit kembali seperti performa positifnya tahun sebelumnya,” tutup Syarifah. (SAN)