
Ilustrasi listrik energi bersih (Foto: Istimewa)
Jakarta – Kementerian Keuangan mencatat sepanjang kuartal kedua 2022 masih memperlihatkan laju pemulihan ekonomi secara merata. Tren positif ini ditunjukkan baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Bahkan, konsumsi listrik di sektor industri mencatatkan pertumbuhan double digit.
“Konsumsi listrik di industri dan bisnis mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, pertumbuhan konsumsi listrik di sektor industri sebesar 16,4 persen. Sedangkan permintaan listrik untuk pelanggan kelompok bisnis mencapai 9,3 persen,” tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis, 23 Juni 2022.
Sri Mulyani menjelaskan, sepanjang bulan Mei 2022, Mobility Index Indonesia masyarakat meningkat sangat tajam di angka 18,6. Hal ini seiring makin terkendalinya kondisi kesehatan masyarakat serta momen mudik pada Lebaran tahun ini.
Menurut Menkeu, retail sales index tercatat 5,4 persen, terus meningkat sejalan dengan optimisme dan mobilitas masyarakat. Sementara, pertumbuhan impor bahan baku 33,9 persen dan barang modal sebesar 29,2 persen terlihat juga masih tinggi yang menunjukkan adanya penguatan produksi dalam negeri.
Menurut Menkeu, kapasitas produksi manufaktur Indonesia juga sudah mulai meningkat. Selanjutnya, Mandiri Spending index juga tercatat pada level tertinggi sejak Januari 2020 yaitu mencapai 149,2. Artinya, kelompok masyarakat terutama menengah keatas melakukan pengeluaran dengan menggunakan kartu kredit yang menunjukkan kenaikan aktivitas ekonomi.
Kinerja Q2 2022
“Dengan aktivitas yang masih sangat kuat, kita akan lebih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua masih akan sangat kuat di sekitar 4,8 hingga 5,3 persen. Titiknya mungkin di sekitar 5 persen. Tren ini adalah suatu tren yang cukup bagus. Dari sisi konsumsi meningkat dengan kenaikan aktivitas, dan juga lonjakan dari sisi produksi. Ini berarti investasi tumbuh tinggi dan ekspor impor juga tumbuh tinggi. Namun neraca perdagangan masih mencatatkan surplus,” kata Sri Mulyani.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Foto: Kemenkeu)
Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara umum menunjukkan pemulihan di tengah ketidakpastian situasi global. Hal ini didukung Purchasing Managers Index (PMI) yang ekspansif, penguatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), serta tumbuhnya sektor konsumsi, khususnya terkait konsumsi listrik industri dan bisnis.
“Kalau kita lihat perbandingan dengan impor sebesar USD 18,6 miliar serta pertumbuhan 30,7 persen, ini perlu untuk kita juga waspadai. Karena pertumbuhan impor lebih tinggi dari ekspor, meskipun levelnya masih lebih rendah. Ini artinya trade balance kita, kalau kita tidak menjaga kinerja ekspor, surplusnya suatu saat juga bisa makin mengecil,” kata Menkeu.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi agregat demand, Menkeu melihat bahwa mesin pertumbuhan ekonomi mulai didorong dari sisi konsumsi rumah tangga, investasi dalam bentuk berbagai macam ekspansi kapasitas, dan juga dari sisi sektor eksternal.
“Ini yang tentunya menggembirakan karena pertumbuhan ekonomi sekarang tidak tergantung lagi hanya dari sisi APBN. Bahkan APBN sekarang mulai bergeser menjadi instrumen untuk menjaga shock, tapi bukan sebagai lokomotif utama pertumbuhan ekonomi. Karena sekarang mesin pertumbuhan sudah mulai menyala pada sisi konsumsi, investasi, dan ekspor,” jelas Menkeu. (BRN)