
Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Jakarta – Kelesuan pasar properti Hong Kong tercermin dari jumlah transaksi yang turun drastis, yakni hanya 58.023 transaksi di 2023. Data yang dirilis Centaline Property Agency memperlihatkan jumlah transaksi paling sedikit dalam 33 tahun terakhir.
“Perekonomian Hong Kong belum pulih sepenuhnya, para pengembang merasa kesulitan untuk meluncurkan proyek dan pasar barang bekas lemah, sehingga mempengaruhi angka hipotek untuk properti yang sudah ada dan yang belum selesai,” jelas chief vice-president of mReferral Mortgage Brokerage Services Eric Tso sebagaimana dikutip dari The Business Time yang melansir Bloomberg pada Rabu, 3 Januari 2024.
Sementara penjualan property secondary juga mengalami penuruan yang cukup parah dan tercatat terendah dalam 28 tahun terakhir. Salah satu penyebab anjloknya transaksi properti di Hong Kong adalah suku bunga dan arus keluar populasi karena pengetatan kontrol oleh Beijing dan pengendalian Covid-19 selama pandemi telah memukul pasar properti di Hong Kong.
Untuk tahun 2024, Pasar properti Hong Kong diperkirakan akan tetap lemah pada tahun 2024 di tengah kondisi ekonomi yang suram dan penyesuaian suku bunga yang tidak pasti.
Harga perumahan massal diperkirakan akan tetap datar atau turun sebanyak 5%, menurut Lembaga Konsultan Properti Knight Frank.
Sebagai cerminan lain dari tantangan tersebut, jumlah hipotek untuk real estat Hong Kong turun ke level terendah dalam lebih dari dua dekade.
Pusat Keuangan mReferral Mortgage Brokerage Services juga mencatat 73,906 hipotek untuk unit perumahan dan komersial yang ada tahun lalu, paling sedikit sejak tahun 2001. Jumlah kasus yang belum selesai turun ke level terendah sejak tahun 2005 yaitu 1.581 kasus.
Perlambatan Pasar Properti
Sedangkan menurut laporan Lembaga Konsultan Properti, Savills, laju pasar properti di kota ini akan mengalami perlambatan. Sewa kantor sepanjang tahun mungkin akan turun sebesar 5% hingga 10% sementara harga dapat turun sebesar 10% hingga 15% di pasar secara keseluruhan dengan variasi yang luas tergantung pada kualitas dan lokasi.
Meskipun sektor ritel akan tetap bayang-bayang seperti sebelumnya, diperkirakan kenaikan harga sewa dan nilai sekitar 0% hingga 5% setelah mencatatkan puncak hingga melalui koreksi lebih dari 60% sejak tahun 2015. (SAN)