Diskon PPN untuk Properti Inden Bakal Pacu Penjualan

0
175
Ilustrasi Pembelian Properti Inden

Jakarta – Perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk properti hingga Juni 2022 dipercaya dapat meningkatkan penjualan properti. Apalagi jika diskon PPN tersebut juga berlaku untuk properti inden.

“Yang lebih menarik menurut saya, diskon ini berlaku untuk properti inden. Artinya, properti yang masih dibangun bisa mendapatkan insentif ini. Aturan sebelumnya walaupun diskonnya besar tapi hanya berlaku untuk properti yang ready stock,” jelas Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto dalam acara Virtual Media Briefing Q4 2021, Kamis, 5 Januari 2021.

Ferry menjelaskan, sektor apartemen akan sangat terbantu penjualannya jika beleid tersebut dapat berlaku untuk properti inden. Pasalnya, apartemen memiliki stock inden yang cukup banyak di tahun ini.

“Kalau bisa berlaku untuk inden properti ini akan sangat membantu untuk penjualan terutama apartemen. Apartemen ini secara umum ready stock tidak terlalu banyak, tapi stock indennya lumayan banyak. Jadi, ini bisa memicu penjualan paling tidak sampai bulan Juni 2022,” imbuh Ferry.

Seperti diketahui, insentif PPN DTP yang akan diperpanjang hingga Juni 2022 hanya sebesar 50 persen untuk penyerahan rumah tapak atau rumah susun baru dengan harga jual paling tinggi Rp2 miliar. Sementara penyerahan rumah tapak dan rumah susun dengan harga jual di atas Rp2 miliar hingga Rp5 miliar, insentif PPN DTP-nya sebesar 25 persen.

Secercah Harapan

Memasuki tahun 2022, sektor properti masih menghadapi sejumlah tantangan. Namun, sejumlah kalangan meyakini tahun ini menjadi titik awal industri properti kembali bangkit.

“Di akhir tahun itu ada secercah harapan. Ada indikasi-indikasi bahwa properti itu akan membaik. Walaupun memang kita tidak bisa berharap terlalu banyak untuk tahun 2022 karena yang jelas tantangannya masih berat dan besar. Terutama faktor eksternal dan faktor internal dari industri properti itu sendiri,” urai Ferry.

Salah satu indikasinya, lanjut Ferry, adalah beberapa sektor properti sudah mulai banyak melakukan kegiatan transaksi. Selain itu, indikator makro juga memperlihatan tren yang positif.

“Kita berharap dengan adanya indikator makro, kemudian juga ada indikasi-indikasi di beberapa sektor sudah mulai banyak kegiatan transaksi. Artinya, memang kita masih jauh dari peak. Ini baru start to recover. Tahun 2022 masih banyak PR-nya. Terutama kalau kita lihat dari sisi internal, beberapa sektor memang mengalami kelebihan suplai. Sementara dari sektor eksternal, masih ada sedikit uncertainties,” kata Ferry.

Pada sektor apartemen misalnya, jumlah penjualan masih bisa lebih tinggi lagi daripada tahun 2021. Hal ini karena kondisi ekonomi yang semakin membaik di tahun ini dan masih bisa lebih baik lagi pada tahun depan.

Selama Q4-2021 sebanyak 2.218 unit apartemen dari 6 proyek telah rampung dan diserahterimakan oleh pengembang. Total unitnya pada tahun 2021 mencapai 4.325 unit, naik 60 persen ketimbang tahun 2020.

Pasokan Melimpah

Adapun pada subsektor perkantoran, tujuh gedung kantor akan selesai di tahun 2022 dan menambah pasokan baru sekitar 350,000 m2 di CBD Jakarta. Begitu juga di luar CBD, 7 gedung kantor akan selesai dan menambah sekitar 200,000 m2.

Data Colliers menyebutkan, tingkat hunian CBD tercatat 78,4 persen, turun sekitar lima persen ketimbang 2019. Di luar CBD, tingkat hunian tercatat 79,2 persen, turun sekitar 3 persen daripada tahun 2019. Tingginya jumlah pasokan baru pada tahun 2022 akan kembali memicu penurunan tingkat hunian.

“Tahun 2022, kita masih dihantui oleh banyaknya suplai yang masuk. Tahun 2023 mungkin sudah mulai agak bergerak lagi. Tentunya dengan asumsi bahwa proyeksi ekonomi kita akan jauh lebih baik dari sekarang ini,” tutup Ferry. (SAN)