Ini Kunci Sukses Pengembangan Industri Pariwisata

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno (Foto: Kemenparekraf)
Jakarta – Investasi hijau dalam pengembangan industri pariwisata harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Hal ini seiring prediksi sejumlah lembaga internasional bahwa beragam tantangan di level global dapat mempengaruhi pertumbuhan sektoral. Antara lain kondisi geopolitik, gejolak perekonomian hingga krisis lingkungan.
“Ada kekhawatiran tentang perubahan iklim, sehingga fasilitas pariwisata seperti hotel dan pariwisata lainnya sudah seharusnya bisa mengacu kepada ekonomi hijau,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam siaran persnya, Selasa, 28 November 2023.
Dari beragam tantangan pengembangan industri pariwisata, kata Sandiaga, perhatian investor terhadap volatilitas makroekonomi cenderung turun. Namun, berbeda dengan isu perubahan iklim yang justru semakin menjadi kekhawatiran investor. Pada tahun ini, tingkat kekhawatirannya meningkat 10 persen daripada tahun 2022. Dengan perhatian yang semakin besar terhadap isu perubahan iklim, sudah saatnya tumbuh komitmen terhadap pembangunan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Indonesia dengan berbagai potensi sumber daya alam dan keragaman budaya memiliki potensi yang tinggi dalam pengembangan pariwisata hijau. Sudah terbukti bahwa sektor energi terbarukan telah menarik total investasi modal tertinggi secara global dalam empat tahun terakhir.
“(Green Tourism) ini menjadi peluang dan daya tarik kita, dan memang harus ada komitmen pembangunan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata Sandiaga.
Pariwisata Berkualitas
Kemenparekraf dalam berbagai programnya mengacu pada pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan sebagai cita-cita utama pariwisata Indonesia. Salah satunya melalui desa wisata, guna memastikan distribusi pariwisata yang merata dan membangkitkan perekonomian lokal.
“Di ajang World Travel Mart (WTM) London, program desa wisata mendapat banyak apresiasi. Mulai dari Anugerah Desa Wisata Indonesia, sertifikasi desa wisata berkelanjutan, juga kampanye sadar wisata 5.0. Puncaknya, UNWTO menobatkan Desa Wisata Penglipuran sebagai Best Tourism Villages 2023,” kata Sandiaga.
Selain program desa wisata, Kemenparekraf berkolaborasi dengan Jejakin menghadirkan Carbon Footprint Calculator sebagai program untuk memonitor produksi carbon footprint atas aktivitas pariwisata di Indonesia. Selain itu, di bawah koordinasi Kemenko Marves, pemerintah berupaya mengimplementasikan program Blue Green Circular Economy.
“Terdapat tiga program utama dalam agenda tersebut. Yakni penerapan instrumen ekonomi lingkungan hidup melalui dana terumbu karang, penggunaan kendaraan listrik pada destinasi wisata dan pengelolaan sampah berkelanjutan. Ini menunjukkan fokus kita untuk investasi pariwisata berkelanjutan,” kata Sandiaga.
Selain investasi di bidang infrastruktur, investasi pada pengembangan sumber daya manusia juga harus jadi perhatian utama. Hal ini juga sejalan dengan kerangka investasi sektor pariwisata UNWTO.