Permintaan Lahan Industri Diprediksi Lebih Baik di 2023

Sekitar 200 hektar pasokan lahan industri baru diperkirakan akan memasuki pasar pada tahun 2023
0
992

JAKARTA – Permintaan lahan industri dan pergudangan di tahun 2023 diperkirakan sedikit lebih baik dibandingkan tahun 2022. Permintaan tertinggi diperkirakan berasal dari industri teknologi tinggi seperti pusat data, serta industri otomotif khususnya kendaraan listrik.

Arief Rahardjo, Director of Strategic Consulting dari Cushman & Wakefield Indonesia mengatakan industri teknologi tinggi seperti pusat data, dan otomotif (industri kendaraan listrik) masih diharapkan menjadi penghasil permintaan utama lahan industri dan pergudangan di tahun ini. Kemudahan bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia sangat menentukan permintaan lahan industri dan pergudangan.

“Sektor lain seperti industri barang konsumsi,makanan dan minuman juga diharapkan menjadi sumber permintaan properti industri,” ujarnya.

Sekitar 200 hektar pasokan lahan industri baru diperkirakan akan memasuki pasar pada tahun 2023. Pasokan di masa depan kemungkinan akan datang dari perluasan kawasan industri di wilayah timur Jabodetabek, di Cikarang dan Karawang. Sementara untuk ruang gudang baru diharapkan ada sekitar 100.000 meter persegi yang memasuki pasar pada tahun 2023.

“Meski tingkat hunian dan permintaan tinggi, namun persaingan ketat diperkirakan akan menahan pertumbuhan harga sewa rata-rata pasar gudang. Permintaan tinggi juga terbatas hanya pada daerah-daerah seperti Bekasi dan sekitarnya,” ujar Arief.

Sementara itu, penahanan harga tanah industri yang terpantau dalam beberapa tahun terakhir diperkirakan akan tetap berlanjut di 2023.

Keuntungan Indonesia

David Sumual, Chief Economist dari Bank Central Asia mengatakan Indonesia diuntungkan oleh krisis energi dan geopolitik yang sedang terjadi di dunia karena Indonesia masuk dalam tiga kategori pemenang relatif yaitu menjadi eksportir energi konvensional seperti batu bara, minyak dan gas serta eksportir logam yang dipakai dalam transisi energi (litium, nikel, tembaga, kobalt). Indonesia juga menjadi negara yang dapat mengganti peranan China sebagai pusat oursourcing manufaktur.

“Nilai mata uang Rupiah pun dinilai masih cukup kuat dibandingkan dengan nilai mata uang negara lain karena ditopang oleh cadangan devisa yang memadai, surplus baik di transaksi berjalan maupun neraca pembayaran,” jelasnya.

Saat ini, berbagai sektor di Indonesia telah menunjukan adanya perbaikan atas dampak pandemi yang berawal dari tahun 2020, termasuk sektor properti. Dari perkantoran CBD Jakarta, terlihat adanya peningkatan permintaan ruang kantor, sedangkan untuk ritel, terlihat kembalinya lalu lintas pengunjung ritel wilayah Jabodetabek sepanjang tahun 2022. Begitu pun, pemulihan di kedua subsektor ini diperkirakan masih butuh waktu. (MRI)