Pulihkan Minat Pasar, Pengembang Apartemen Perlu Jaga Komitmen

Situasi dan peluang pasar properti membutuhkan peran seluruh pemangku kepentingan termasuk pengembang.
0
638

JAKARTA – Saat ini terjadi pergeseran tren pembelian apartemen. Konsumen cenderung membeli unit apartemen di proyek eksisting (yang sudah konstruksi) daripada proyek yang baru sebatas diluncurkan. Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat itu tidak terlepas dari ramainya isu pemberitaan mengenai proyek apartemen mangkrak.

Wakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Ikang Fawzi mengatakan rendahnya minat masyarakat untuk membeli apartemen tidak hanya dipengaruhi faktor eksternal seperti kondisi pandemi dan regulasi yang belum mendukung, tetapi juga akibat faktor internal dari pengembang sendiri.

“Selain faktor eksternal seperti dampak pandemi dan aturan regulasi pengelolaan apartemen yang masih multitafsir, berkurangnya minat orang membeli apartemen harus diakui tidak terlepas dari faktor internal, yakni akibat ulah oknum pengembang juga,” ujarnya kepada Industriproperti.com, Jumat (13/1/2023).

Menurut dia, selain proyek apartemen mangkrak, ada pula kasus pengembang apartemen yang tidak memenuhi janji-janji kepada konsumen. Isu-isu tersebut terus kerap mencuat sehingga merusak imej hunian vertikal secara keseluruhan di mata masyarakat. Padahal, kata Ikang, proyek apartemen yang baik dan berkualitas jumlahnya lebih banyak.

“Tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin rendah terhadap proyek apartemen ini tidak dapat terus dibiarkan. Pengembang harus cepat membenahi masalah ini secara bersama-sama dengan menjaga kualitas proyek dan ketepatan serahterima unit apartemen untuk menumbuhkan kembali minat pasar,” ujar Ikang.

Ditambahkan, membangun proyek apartemen memang lebih kompleks dibandingkan mengembangkan rumah tapak. Oleh karena itu, pengembang yang akan membangun proyek hunian vertikal perlu memiliki ilmu, pengalaman cukup dan survei yang tepat.

Syarat kemampuan tersebut penting, sehingga dapat menjaga kualitas dan imej proyek apartemen di mata masyarakat. Yang pada akhirnya akan meningkatkan kembali penjualan apartemen seperti halnya rumah tapak.

Ikang mengatakan, situasi dan peluang pasar properti membutuhkan peran seluruh pemangku kepentingan termasuk pengembang.

“Pasar menjadi positif atau justru negatif juga tergantung peran pengembang sendiri. Ayo sama-sama kita jaga, sehingga peluang pasar bisa tercipta,” ujarnya.

Ikang Fawzi/Foto Ipro

Terkait isu resesi global di 2023, dia menilai tidak perlu terlalu berlebihan dikhawatirkan. Cukup direspon dengan kewaspadaan dan kejelian melihat peluang pasar. Apalagi, industri properti sudah teruji tahan banting. Sektor ini sudah pernah melewati berbagai krisis ekonomi di 1998, 2008 dan 2018, dan saat ini menghadapi pandemi.

Kekuatan pasar residensial di Indonesia termasuk apartemen terletak pada pembeli domestik. Selain itu, angka kebutuhan rumah (backlog) nasional juga masih cukup tinggi, sehingga permintaan hunian tetap ada karena menjadi kebutuhan masyarakat.

“Isu tahun politik di 2024 juga diharapkan tidak banyak memengaruhi permintaan hunian, karena masyarakat tetap butuh rumah. Jika melihat tahun-tahun politik yang lalu, terlihat penyaluran kredit perumahan masih tetap stabil,” pungkas Ikang.

Segmen Menengah

Konsultan properti Cushman & Wakefield memperkirakan transaksi pasar apartemen di 2023 akan didominasi oleh pengembangan hunian vertikal di segmen menengah dengan harga antara Rp14 juta sampai Rp22 juta per meter persegi terutama di area sekunder seperti Tangerang dan Bekasi.

“Transaksi penjualan mungkin masih didominasi oleh proyek-proyek yang ada (eksisting),” ungkap Director of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo.

Pada 2023, diprediksi terdapat sekitar 26.059 unit apartemen yang akan serah terima. Proyek yang menunda jadwal serah terima di tahun 2022 diharapkan dapat selesai pada 2023 karena pengembang mulai kembali melanjutkan konstruksi apartemennya.

Sementara itu, Colliers International Indonesia mengungkapnya adanya pergeseran tren pembelian apartemen. Saat ini konsumen tidak terlalu berminat pada proyek yang belum terlihat progres konstruksi fisiknya, tetapi cenderung membeli proyek eksisting.

“Tingkat kepercayaan konsumen terhadap proyek eksisting apalagi yang siap huni menjadi lebih tinggi dibandingkan proyek yang masih sekadar konsep atau baru diluncurkan. Pergeseran tren tersebut mulai terlihat pada semester II-2022,” ungkap Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers Indonesia.

Disebutkan, mayoritas konsumen lebih memilih mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk dapat membeli unit di proyek apartemen yang sudah jadi karena dianggap lebih secure dan menghindari kerugian jika proyek mangkrak. (MRI)