Tahun 2022, It’s Time Industri Properti Bangkit!

0
529
Adrianto P. Adhi industri properti

Jakarta – Tahun 2022 yang sudah di depan mata memberikan optimisme tinggi bagi industri properti. Beberapa indikator positif kebangkitan industri properti terpampang jelas, seperti rendahnya bunga KPR.

“Masuk tahun 2022 adalah satu situasi yang yang harapannya itu setinggi langit. It’s time industri properti bangkit. Indikasi yang paling jelas kita semua tahu ini adalah satu situasi dimana bunga KPR bank di titik paling rendah,” terang Anggota Badan Pertimbangan Organisasi (BPO) Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Adrianto P. Adhi di acara Bincang Properti: Strategi Lampaui Target Penjualan di Era Baru Properti di Jakarta, Kamis, 16 Desember 2021.

Adrianto menjelaskan,  indikator lain kebangkitan industri properti di 2022 adalah besarnya likuiditas perbankan di Indonesia. Selain itu, kesuksesan vaksinasi menjadikan Indonesia kini telah memasuki semi herd immunity.

“Dengan kondisi seperti ini, kami mengharapkan daya beli itu sudah mulai recover dan rebound. Cuma memang fakta di lapangan, recover dari kelas menengah ke atas itu lebih dahulu. Itulah indikator-indikator yang mendorong kita harus optimis,” imbuh Adrianto yang juga Direktur Utama Summarecon.

Wakil Ketua Umum DPP REI bidang Perumahan Menengah dan Besar DPP REI, Theresia Rustandi menambahkan, saat seperti sekarang merupakan salah satu golden time dalam penjualan properti. Pasalnya, saat ini telah banyak insentif yang pemerintah berikan untuk industri properti.

“Sebagai contoh adanya kebijakan PPN DTP hingga akhir tahun 2021, yang saat ini juga tengah diperjuangkan oleh REI agar dapat diperpanjang hingga akhir tahun 2022,” ujar Theresia.

Selain itu, ada kebijakan suku bunga rendah dan LTV hingga 100 persen atau dikenal dengan DP 0 persen yang digagas oleh Bank Indonesia. “Tentunya berbagai insentif ini harus dapat memanfaatkannya dan kolaborasi antar aktor di industri properti,” ucap Theresia.

Kesempatan dan Tantangan

Tahun 2021 ini, berdasarkan data SiKumbang terdapat 488.535 stok rumah subsidi. Selain itu, ada 72.043 stok rumah komersil sampai dengan awal bulan desember 2021. Dari jumlah tersebut, 46 persen stok rumah subsidi dan 53 persen stok rumah komersil yang ada merupakan hasil dari kerja keras anggota REI.

“Banyaknya stok rumah tersebut memberikan suatu kesempatan dan tantangan bagi pengembang perumahan untuk dapat melakukan penjualan,” ungkap Theresia.

Adapun penjualan rumah di era baru saat ini memiliki keunikan tersendiri. Digital marketing dapat menjadi salah satu tools bagi para pengembang untuk melalukan penjualan perumahan.

Data dari lamudi.co.id dari 2019 sampai 2021 ada kenaikan yang cukup pesat dari sisi traffic yang terjadi. Traffic itu memberikan gambaran bahwa telah terjadi demand pencarian properti secara digital atau online.

“Demand pencarian properti secara online naik hampir 40 persen dalam waktu dua tahun saja,” ucap Commercial Director Lamudi.co.id, Yoga Priyautama.

Yoga melanjutkan, dari sisi demografi ada sedikit shifting yang terlihat, yaitu hampir 44 persen dari total pencarian adalah orang yang berumur 25 tahun hingga 38 tahun. Demografi tersebut merupakan generasi milenial dan biasanya adalah first home buyer.

“Kita melihat juga ada shifting dari tipe produknya. Kalau kita melihat dari tipe produk banyak juga kita melihat price point-nya yang penting affordable buat para first home buyer ini,” pungkas Yoga. (SAN)