Korsel Catat Pertumbuhan Investasi Real Estat Tertinggi di Asia Pasifik

Ilustrasi (Foto: Freepik/wirestock)
Jakarta – Berdasarkan data yang dirilis analisis konsultan properti global JLL (NYSE: JLL), Investasi real estate komersial (CRE) di Asia Pasifik naik 15% secara tahunan (YoY) pada kuartal II 2025. Sementara pada periode Januari hingga Juli 2025, total investasi mencapai USD 67,6 miliar, tumbuh 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Meski investor menghadapi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, real estate komersial Asia Pasifik terus menarik investor global. Hal ini menunjukkan kekuatan fundamental kawasan dan resilience untuk sektor ini,” ujar CEO Asia Pacific Capital Markets JLL Stuart Crow dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 3 Oktober 2025.
Pertumbuhan ini terjadi meski sentimen pasar masih berhati-hati dan proses uji tuntas (due diligence) berlangsung lebih lama akibat ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut. Korea Selatan mencatat pertumbuhan investasi year-on-year (YoY) tertinggi di Asia Pasifik, dengan kenaikan 72% pada kuartal dua 2025 menjadi USD 6,0 miliar.
Akumulasi investasi YoY semester pertama pun menguat 64% menjadi US D 12,8 miliar. Lonjakan ini didorong sektor perkantoran yang menyumbang 77% dari total volume pasar, karena banyak pemilik aset melepas properti sebelum potensi kelebihan pasokan (oversupply) di kawasan pusat bisnis terjadi. Pasar hotel juga aktif dengan sejumlah transaksi seiring para pemilik memanfaatkan kinerja yang membaik untuk menjual di harga premium.
“Korea Selatan mencatat kinerja yang kuat pada kuartal dua 2025, dengan transaksi perkantoran di Seoul mencapai level tertinggi sejak Q2 2021. Kenaikan ini didorong alokasi modal yang lebih besar dari institusi domestik serta biaya pembiayaan yang lebih rendah. Dengan penurunan suku bunga acuan menjadi 2,5% oleh Bank of Korea pada Mei lalu, kami optimistis momentum positif ini akan berlanjut pada kuartal berikutnya,” jelas Stuart.
Jepang tetap menjadi pasar dengan kinerja terkuat di kawasan, mencatat investasi CRE sebesar USD 7,6 miliar pada kuartal dua 2025, naik 31% YoY. Total investasi semester pertama mencapai USD 21,3 miliar, tumbuh 23% dibandingkan H1 2024. Sektor perkantoran mendominasi dengan dukungan investor domestik, sementara sektor hunian mencapai level tertinggi sejak Q1 2022 berkat minat besar dari J-REITs dan investor global seperti Warburg Pincus, Aberdeen, dan CapitaLand pada aset hunian multifamily.
Ditengah ketegangan tarif yang masih berlangsung, investor lebih cermat memantau fundamental pasar dan kualitas penyewa. Menurut survei JLL terhadap 75 investor di Asia Pasifik, sektor industri & logistik, energi & infrastruktur, serta ritel dianggap paling rentan terhadap risiko geopolitik dalam lima tahun mendatang karena efek lanjutan pada pertumbuhan dan tingkat suku bunga. Sebaliknya, sektor hunian, life sciences, dan kesehatan dinilai lebih terlindungi karena ditopang oleh permintaan domestik.
Pasar Real Estat Indonesia tetap Menarik
“Pasar real estate komersial Indonesia tetap menarik minat investasi pada kuartal dua 2025, khususnya di sektor manufaktur dan industri. Terlepas dari tantangan ekonomi global, kami melihat permintaan domestik yang solid serta penempatan modal internasional yang selektif, menempatkan Indonesia sebagai salah satu destinasi investasi utama di Asia Tenggara yang terus berkembang,” ujar Country Head JLL Indonesia Farazia Basarah.
Sektor perkantoran memimpin aktivitas investasi di kuartal dua, dengan nilai transaksi USD 13,3 miliar, naik 24% YoY. Korea Selatan mencatat volume perkantoran tertinggi sejak Q2 2021, sementara Jepang tetap aktif dengan partisipasi kuat dari investor domestik. Sektor industri & logistik tumbuh 12% YoY menjadi USD 6,3 miliar, dan sektor ritel naik 4% menjadi USD 5,0 miliar.
Investasi sektor hunian terus menunjukkan momentum positif, mencapai USD 3,6 miliar pada kuartal dua 2025, melonjak 92% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jepang tetap menjadi pasar dominan, menyumbang lebih dari separuh total volume sektor hunian di kawasan.
Sementara itu, investasi dari investor private wealth (kekayaan pribadi) pada kuartal dua 2025 meningkat 32% YoY menjadi USD 4,7 miliar. Perkantoran tetap menjadi kelas aset yang paling diminati, menyumbang 45% dari seluruh transaksi. Angka ini naik tajam dibandingkan kuartal dua 2024, yang hanya mencatat 28% transaksi, menunjukkan preferensi yang semakin kuat terhadap kelas aset ini. Ritel bertahan di posisi kedua, dengan porsi 26% dari total transaksi di kuartal dua 2025.
“Bank-bank sentral di kawasan ini terus melanjutkan siklus penurunan suku bunga, dan kami melihat biaya utang yang semakin rendah, menciptakan iklim transaksi lebih kondusif yang mendorong aktivitas investasi,” ujar Head of Investor Intelligence Asia Pacific JLL Pamela Ambler.
Namun, lanjut Pamela, investor kini memperhitungkan skenario pertumbuhan yang lebih lambat dengan asumsi tarif akan tetap berlaku. Hal ini membuat proses transaksi memerlukan waktu lebih panjang dan adanya ketentuan kontinjensi. Pasar seperti Korea Selatan dan Jepang terus menunjukkan ketahanan, dan investor yang mencari pertumbuhan jangka panjang masih dapat menemukan peluang di tengah dinamika ini. (SAN)