Menkeu Beberkan Masalah Pelik yang Dihadapi Dunia, Begini Solusinya

Menkeu Sri Mulyani Indrawati menjadi narasumber Acara Public Discussion “G20 and Sustainability Policy in Indonesia” (Foto: Kemenkeu)
Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi dunia mulai dari pandemi, climate change, hingga digital teknologi.
Permasalahan tersebut menurut Sri Mulyani, satu negara tak bisa menyelesaikannya sendirian. Perlu adanya kerja sama yang solid negara-negara lain untuk menyelesaikan permasalahan global tersebut.
“Saat ini dunia dihadapkan pada masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh satu negara sendiri,” ungkap Menkeu Sri Mulyani dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 25 November 2022.
Namun, Sri Mulyani menyayangkan bahwa acapkali kerja sama yang ada tak berjalan sesuai dengan harapan.
“Tapi kadang politik, nasionalistik yang sempit menyebabkan kita itu fragmented,” tukas Sri Mulayani.
Salah satu upaya yang dianggap berhasil mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dunia saat ini adalah Presidensi G20. Kehadiran pemimpin negara anggota G20 merupakan suatu capaian bagi Indonesia.
“Kalau anda tanyakan bahwa kita tetap bisa membuat summit dan kehadiran mereka semua hadir, itu adalah suatu pencapaian. Karena dari Februari sebetulnya keinginan G20 pecah itu sangat riil. Jadi kerjaan untuk membuat ini tetap bersatu is one thing. Itu adalah pencapaian Indonesia,” jelas Menkeu.
Capaian KTT G20
Capaian terlihat pula dari keberhasilan dalam merumuskan sebagian besar permasalahan. Banyak persetujuan mengenai penyelesaian krisis pangan, sustainability financing, digital teknologi, global taxation, kemudian juga financial safety net.
Indonesia mengusung dalam presidensi ini yakni recover together, recover stronger menjadi tepat dan tidak hanya menjadi sekedar deklarasi tanpa hasil.
“Saya akan mengatakan temanya yang recover together recover stronger, ability to bridge the gap, membuat united, dan kita tidak hanya sekedar deklarasi. Tapi tadi mengenai masalah climate change, sustainability, kita bicara tentang masalah pandemi, kita mengeluarkan pandemic fund, itu adalah solidaritas,” katanya.
Adapun pagelaran KTT G20 telah usai pada Rabu, 16 November 2022 dan melahirkan deklarasi bersama bertajuk G20 Bali Leaders Declaration.
Deklarasi yang memuat 52 paragraf tersebut salah satunya berisi kecaman terhadap perang di Ukraina karena banyak anggapan telah melanggar batas wilayah.
Hasil konkret dari KTT G20 selain deklarasi bersama, antara lain terbentuknya pandemic fund yang mencapai USD 1,5 miliar.
Kemudian, pembentukan dan operasionalisasi resilience and sustainability trust (RST) di bawah Dana Moneter Internasional (IMF) sejumlah USD 81,6 miliar untuk membantu negara-negara yang menghadapi krisis.
Capaian lainnya adalah terkait energy transition mechanism. Dalam hal tersebut, Indonesia memperoleh komitmen dari just energy transition partnership (JETP) sebesar USD20 miliar. (SAN)