Wamenparekraf Beberkan 3 Jurus Jitu Majukan Desa Wisata

Tantangan desa sebagai pemasok rantai pariwisata adalah konsistensi, kualitas, dan kuantitas.
0
292
desa wisata

Jakarta – Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo menekankan tiga hal yang harus dipahami dan dipersiapkan dengan matang oleh pengelola dalam mengembangkan dan memajukkan desa wisata.

Pertama, Wamenparekraf Angela menyampaikan bahwa desa wisata harus diposisikan sebagai destinasi. Contohnya, Desa Wisata Wae Rebo yang berada di Nusa Tenggara Timur. Walaupun perlu menempuh empat hingga enam jam perjalanan darat dan dua jam pendakian untuk tiba di desa Wae Rebo, tapi tidak menurunkan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung

“Ini namanya desa wisata yang memang menjadi destinasi. Tidak semua bisa begini memang, harus ada keunikkan tersendiri dari desa tersebut yang bisa menjadi top of mind yang tidak ditemukan dimanapun,” kata Wamenparekraf Angela dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu 3 Juni 2023.

Wisatawan tak keberatan untuk merasakan, dan melihat langsung adat-istiadat yang masih dilestarikan oleh masyarakat desa hingga kini. Dan tidak sedikit dari wisatawan yang bermalam di “Mbaru Niang” yaitu rumah adat Desa Wae Rebo berbentuk kerucut.

Di desa tersebut, pengembangan desanya memang diperuntukkan sebagai tujuan wisata yang bisa dikunjungi untuk tinggal atau bermalam di dalamnya. Sekaligus pula mengenal lebih dalam hal adat istiadat masyarakat desa.

Selanjutnya yang kedua adalah desa wisata yang menghadirkan beragam aktivitas ekonomi kreatif. Seperti aktivitas yang ada di Desa Giriloyo, Yogyakarta. Sebagai desa yang lebih dikenal dengan kampung batik ini tersedia aktivitas membatik yang tentunya memberikan pengalaman baru bagi wisatawan.

Ketiga adalah desa wisata sebagai pemasok rantai pariwisata. Desa tersebut mengedepankan agrowisata sebagai daya tarik utama bisa mengambil peran tersebut untuk menjalin kerja sama dengan industri hotel dan restoran untuk memenuhi kebutuhan mulai dari telur, sayur-sayuran, buah-buahan, hingga produk camilan UMKM.

Tantangan

Di samping itu, yang menjadi tantangan desa sebagai pemasok rantai pariwisata adalah konsistensi, kualitas, dan kuantitas. Artinya pengelola desa tersebut harus memiliki kemampuan mempertahankan kualitas yang telah dibangun dan mampu memenuhi kebutuhan pelaku industri hotel ataupun restoran.

“Bagimana di kelembagaannya itu kita bisa pastikan ada standar tertentu yang bisa terjaga. Jadi memang butuh penyalur, perlu ada suatu konsep yang bisa memastikan kualitas dan kuantitasnya terjaga,” tutup Angela. (SAN)