Sektor Ritel Tulang Punggung Perekonomian Jakarta

Ilustrasi (Foto: Freepik)
Jakarta – Sektor perdagangan besar dan eceran (ritel) memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyebut kontribusi sektor tersebut mencapai 18,14% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta.
“Sektor perdagangan besar dan eceran tetap menjadi tulang punggung dengan kontribusi 18,14 % terhadap PDRB Jakarta. Sektor ini tidak hanya berperan signifikan dalam perputaran ekonomi, tetapi juga menjadi magnet investasi, mendorong industri kreatif, sekaligus memperkuat daya saing kota,” jelas Gubernur Pramono.
Lebih jauh Gubernur Pramono mengatakan, Asia saat ini menjadi episentrum pertumbuhan industri ritel global. Karena itu, Forum Council of Asian Shopping Centers (CASC) Conference 2025 yang beranggotakan negara-negara Asia diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara pelaku ritel nasional maupun internasional.
Jakarta sebagai pusat ekonomi Indonesia menunjukkan kontribusi signifikan dengan menyumbang 16,61% terhadap perekonomian nasional pada triwulan II tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Jakarta juga tercatat positif sebesar 5,18% (year-on-year), melampaui pertumbuhan nasional 5,12%.
Sepanjang 2025, Jakarta menjadi tuan rumah berbagai agenda meeting, incentive, convention, exhibition (MICE) berskala internasional, antara lain Jakarta International Investment, Trade, Tourism and SMEs Expo (JITEX), Jakarta International Collaboration Expo (JICE), Festival Jakarta Great Sale (FJGS), hingga Jakarta International Marathon.
“Capaian ini menegaskan potensi besar industri ritel dan MICE dalam menjadikan Jakarta sebagai kota global yang kompetitif. Keduanya saling menopang dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan memperkuat peran Jakarta sebagai kota yang Nice for MICE,” ucapnya.
Gubernur Pramono mengajak para pelaku usaha, pengelola pusat belanja, serta sektor MICE untuk terus berinovasi dalam menciptakan pengalaman berkesan, membangun destinasi gaya hidup, serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional di tengah persaingan, termasuk dengan perdagangan digital.
Ritel Premium Jakarta Tetap Kuat
Sementara itu, lembaga konsultan properti Knight Frank dalam laporannya menyatakan Saat ini, indikasi pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah menunjukan kunjungan ke ruang ritel dilakukan hanya untuk makan minum, sosialisasi, dan mendapatkan suasana baru. Namun, transaksi diprediksi melemah, hal ini ditandai dengan keluarnya tenant dari beberapa sektor, seperti fashion, lifestyle, dan home appliance.
Performa sektor ini memang beragam, tergantung segmentasi pasar yang dimiliki oleh masing-masing ritel. Misalnya saja, dengan performanya yang kokoh, ritel premium saat ini mendapatkan ekspansi dari gerai sektor Fashion, FnB, dan Lifestyle. Refleksi menggambarkan bahwa sebagian besar pengunjung pada retail ini umumnya adalah pengunjung yang benar akan berbelanja.
Sementara itu, ritel kelas menengah ke bawah saat ini masih terus berusaha bertahan, selain dengan menerapkan omni channel marketing, juga memanfaatkan ruang terbukanya untuk pameran, event, ataupun kegiatan hobi yang dapat meningkatkan kunjungan.
“Pola konsumsi konsumen saat ini cukup menantang, sehingga pengelola ritel perlu terus melakukan inovasi, seperti mengadopsi desain ruang olahraga untuk mengakomodasi gaya hidup sehat, seperti inovasi ruang untuk padel tennis, pickleball, dsb,” ungkap Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip. (SAN)