REI Komisariat Bekasi Gelar Halal Bihalal, Ajak Anggota Jaga Optimisme

Halal Bihalal REI Komisariat Bekasi di Hotel Holiday Inn, Jababeka, Cikarang, Bekasi, Kamis (24/4).
CIKARANG – Realestat Indonesia atau REI Komisariat Bekasi menggelar acara Halal Bihalal yang dihadiri mayoritas anggotanya. Kegiatan juga dihadiri oleh mitra perbankan, Ketua IPPAT (Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah) dan notaris se -Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi, yang berlangsung di Hotel Holiday Inn, Jababeka, Cikarang, Bekasi, Kamis (24/4).
Ketua REI Komisariat Bekasi, Curahman mengatakan acara rutin setiap tahun usai bulan suci Ramadan ini bukan sekadar ajang temu kangen, tetapi momentum penting untuk memperkuat sinergi antara para pelaku industri properti yang tengah menghadapi tantangan pasar, diantaranya penurunan daya beli masyarakat, kendala birokrasi dan perizinan, serta hambatan lainnya.
“Daya beli masyarakat di sektor properti mengalami penurunan signifikan, namun tetap melihat potensi besar di wilayah Bekasi yang dikenal sebagai salah satu sentra industri utama di Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Curahman, dalam kegiatan tersebut para pengurus, mitra perbankan, dan pengembang properti sepakat untuk terus berkolaborasi dan berinovasi sebagai strategi bisnis memperkuat pondasi untuk bertahan dan tumbuh di tengah ketidakpastian pasar.
Diungkapkan, seturun-turunnya daya beli, Bekasi masih cukup menjanjikan, terutama untuk segmen rumah subsidi FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan). Selama lokasi dan kualitas proyek dikelola dengan baik, kata Curahman, maka pasar tetap akan menyerap.
Dia menambahkan bahwa rumah komersil dengan harga di atas Rp500 juta per unit saat ini memang sedang ‘berat’, namun pasar menengah di kisaran Rp200 juta–Rp300 juta per unit masih aktif dan layak digarap.
“Strategi seperti memperkecil luasan bangunan tanpa mengorbankan kualitas, serta melakukan pendekatan pemasaran yang lebih agresif, diyakini dapat mendorong daya serap pasar,” sebutnya.
Curahman juga menekankan pentingnya kreativitas para pengembang, tidak hanya dalam desain produk, tetapi juga dalam proses promosi. Aktivitas pemasaran pun harus ditingkatkan, tidak hanya aktivitas yang konvensional, tetapi juga digital marketing dan promo-promo kreatif lainnya.
Disebutkan, anggota REI Bekasi yang aktif saat ini berjumlah 78 perusahaan, namun bisa dibilang jumlah proyeknya lebih banyak karena satu keanggotaan seringkali memiliki lebih dari satu proyek.
Halal Bihalal REI Komisariat Bekasi di tahun ini mengangkat tema “Membangun Kreativitas dalam Kebersamaan”. Agus Triyono, Ketua Panitia Halal Bihalal REI Komisariat Bekasi, yang sekaligus merupakan salah satu pengembang aktif di Bekasi menambahkan bahwa tema yang diusung sangat relevan dengan kondisi pasar properti saat ini.
“Kalau kita pasif dan hanya fokus pada kesulitan pasar, ya kita tenggelam dalam keadaan. Kita harus terus cari cara-cara baru, baik dari sisi desain, pemasaran, hingga pendekatan ke pasar yang semakin variatif, termasuk kalangan investor atau pembeli muda,” ungkapnya.
Kendala Perizinan
Sementara itu, Ketua DPD REI Jawa Barat, Norman Nurdjaman, yang turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan bahwa Bekasi adalah backbone penjualan REI di seluruh Jawa Barat. Menurutnya, meskipun kondisi pasar sedang berat, kontribusi Bekasi tetap signifikan dalam menjaga stabilitas sektor properti di wilayah Jabar.
“Komisariat Bekasi ini jadi barometer REI Jabar. Penjualannya terbesar. Bahkan potensi pertumbuhannya juga terus meningkat, bahkan mencapai 12%, seperti disampaikan pihak BTN tadi,” ucap Norman.
Namun, dia tidak menutup mata terhadap tantangan yang menghambat pergerakan para pengembang. Salah satu momok yang jadi tantangan berat adalah perizinan, yang di dalam banyak kasus bisa memakan waktu hingga 11 bulan.
“Kalau developer sebagian besar didanai bank, maka selama 11 bulan itu mereka hanya bayar bunga tanpa bisa menjual. Sementara harga material terus naik. Ini jadi tekanan luar biasa,” tegasnya.
Dia mengusulkan agar pemerintah daerah dapat mengambil peran dalam pengurusan dokumen lingkungan seperti AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan), secara kolektif agar waktu dan biaya bisa dipangkas. Idealnya, kata Norman, proses perizinan tidak lebih dari tiga bulan.
Benjamin Sihombing, Kepala Kanwil I Bank BTN, menuturkan BTN terus mendorong pembiayaan sektor properti di wilayah Jawa Barat, terutama Bekasi yang disebutnya menyumbang hampir 50% dari target nasional BTN untuk wilayah tersebut.
“Tahun ini kami targetkan 60 ribu hingga 70 ribu unit atau naik 20% dari tahun lalu. Dan Bekasi Raya—yang mencakup Bekasi, Kabupaten Bekasi, hingga Karawang—bisa menopang setengahnya,” jelas Benjamin.
Dia menilai kombinasi antara kawasan industri yang luas dan jumlah tenaga kerja yang tinggi menjadikan Bekasi sebagai kawasan dengan potensi properti yang sangat menjanjikan.
BTN, menurutnya, juga siap mendukung para pengembang melalui berbagai skema kemitraan, mulai dari penyediaan modal kerja, payroll untuk karyawan pengembang, hingga program pendampingan dan sosialisasi.
Dia pun mengajak seluruh anggota REI di Bekasi Raya untuk terus bergerak aktif agar tidak ada kesenjangan pertumbuhan antara satu pengembang dengan lainnya.
“Semua harus tumbuh bersama. Kebersamaan ini penting karena di situlah kekuatan kolektif kita muncul,” tutup Benjamin.
Acara Halal Bihalal yang berlangsung dengan suasana akrab ini juga menghadirkan motivator untuk membangkitkan semangat para pengembang anggota REI Komisariat Bekasi. (MRI)