Catat! Ini 5 Resep Manjur Dorong Daya Saing Industri Furnitur

Kemenperin tengah fokus menjalankan lima kebijakan strategis guna meningkatkan daya saing industri furnitur menembus pasar global.
0
378
industri furnitur

Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah fokus menjalankan lima kebijakan strategis guna meningkatkan daya saing industri furnitur menembus pasar global. Kelima jurus tersebut yakni fasilitasi ketersediaan bahan baku, fasilitasi ketersediaan sumber daya manusia terampil, serta fasilitasi peningkatan dan penguatan riset referensi pasar. Berikutnya, fasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk, serta fasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.

“Untuk fasilitasi ketersediaan bahan baku, dilakukan melalui upaya perbaikan yang berfokus pada penyediaan akses yang lebih baik sehingga tercapai pola rantai pasok bahan baku furnitur ideal melalui fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur, di mana untuk bahan baku papan kayu difasilitasi mulai tahun 2022, sedangkan tahun 2024 akan difasilitasi untuk bahan baku rotan,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika di Jakarta, Selasa, 23 Januari 2024.

Menurut Putu, saat ini pengembangan industri furnitur dan mebel tanah air masih berpeluang besar karena ketersediaan bahan baku yang melimpah. Indonesia memiliki beragam jenis kayu meliputi meranti, jati, mahoni, dan akasia. Pemerintah terus memacu upaya hilirisasi atau peningkatan nilai tambah sumber daya alam ini untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

“Indonesia merupakan sumber dari 80 persen rotan dunia. Negara ini juga punya potensi bambu yang berpeluang besar untuk pengembangan produk-produk hilirnya. Apalagi, nilai ekspor produk furnitur kita pada tahun 2022 mencapai US$2,5 miliar,” ucapnya.

Dirjen Industri Agro menyebutkan, saat ini pihaknya fokus menjalankan lima kebijakan strategis dalam upaya meningkatkan daya saing industri furnitur menuju pasar global. “Untuk fasilitasi ketersediaan bahan baku melalui upaya perbaikan yang berfokus pada penyediaan akses yang lebih baik. Dengan begitu akan tercapai pola rantai pasok bahan baku furnitur ideal melalui fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur. Fasilitasi bahan baku papan kayu mulai tahun 2022, sedangkan tahun 2024 kita akan fasilitasi bahan baku rotan,” paparnya.

Berikutnya, fasilitasi ketersediaan sumber daya manusia kompeten melalui optimalisasi peran Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal. Unit pendidikan vokasi milik Kemenperin ini telah menerapkan kurikulum yang bersifat dinamis sesuai kebutuhan pasar.

Restrukturisasi Mesin

Dalam upaya fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, Kemenperin kerap memfasilitasi keikutsertaan pelaku industri furnitur dalam pameran tingkat nasional maupun internasional. “Pemerintah juga gencar menggalakkan belanja APBN melalui pemanfaatan produk ber-TKDN, di mana hal ini juga dapat menjadi kesempatan pelaku industri furnitur dalam meningkatkan pasar dalam negeri,” tutur Putu.

Sementara itu, salah satu upaya fasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk di lini teknologi melalui Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Pengolahan Kayu. Misalnya, berupa pemberian reimburse penggantian sebagian pembelian mesin/peralatan sesuai kriteria. Program ini bertujuan untuk mendukung pembaruan teknologi mesin/peralatan dalam meningkatkan produktivitas.

“Selain itu, Kemenperin juga melaksanakan program pengembangan konsep desain furnitur. Bentuknya adalah workshop kolaborasi antara desainer furnitur dengan pelaku industri. Kemudian peningkatan kualitas produk dengan penerapan SNI dan SKKNI,” imbuhnya.

Pemerintah juga terus berusaha untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku industri furnitur. Yakni melalui pemberian fasilitas insentif perpajakan berupa tax allowance, serta kemudahan prosedur ekspor dan impor.

“Selain terus meningkatkan pasar ekspor baik ke pasar tradisional maupun nontradisional, kami berharap pelaku industri furnitur tidak meninggalkan pasar dalam negeri. Dengan inovasi-inovasi produksi yang lebih efisien maka konsumen dalam negeri juga akan dapat menikmati produk furnitur berkualitas karya anak bangsa,” ujarnya.

Seiring semakin tingginya environmental awareness dari konsumen furnitur dapat memacu pelaku industri untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam produksi. “Saat ini pelaku industri furnitur kita agar bisa lebih efisien, memanfaatkan sumber dari bahan baku lestari dan lebih ramah lingkungan. Kami berharap pelaku industri furnitur juga ikut menerapkan circular economy, serta berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca. Namun tetap dapat menghasilkan produk berbasis eco-design,” pungkas Putu. (BRN)