Jakarta – Hunian cerdas (smart housing) dipercaya dapat mengurangi angka backlog perumahan yang masih tinggi. Konsep hunian cerdas yang menawarkan berbagai kemudahan dapat menarik minat masyarakat untuk memiliki tempat tinggal.
“Tapi kalau mahal, itu tidak menjadi daya tarik. Logikanya mungkin begini, kalau misalkan karyawan baru di sebuah kota gaji misalkan Rp10 juta. Sepertiga income itu bisa untuk perumahan. Yang smart bisa mengurangi backlog sebetulnya. Tapi backlog jangan diterjemahkan sebagai sesuatu yang harus dimiliki,” jelas Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan Kementerian PUPR, Edward Abdurrahman dalam Diskusi bertema Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat dengan Konsep Manajemen Kota Cerdas secara daring, Kamis, 22 September 2022.
Pada diskusi yang sama, Direktur Eksekutif Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (DPP REI) Dani Muttaqin menambahkan, ada kaitannya antara hunian cerdas dengan mengurangi angka backlog perumahan, meski tidak secara langsung.
“Apakah rumah cerdas bisa mengurangi backlog? Mungkin kaitannya tidak secara langsung. Itu lebih kepada keterjangkauan,” ucap Dani.
Lebih jauh Edward menjelaskan, smart housing adalah konsep hunian yang memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses perancangan dan pemanfaatan perumahan untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Pada tahap perancangan, teknologi untuk memastikan efisiensi kebutuhan material, peralatan, waktu dan tenaga untuk proses konstruksi.
Kemudian pada tahap pemanfaatan, teknologi informasi memudahkan penghuni untuk menjalin relasi sosial secara virtual. Kemudian, bekerja secara produktif dari rumah dan memperoleh layanan publik dari rumah, termasuk layanan kesehatan. Lalu, meminimalisasi mobilitas dan efisiensi pemanfaatan energi dan memastikan keamanan hunian. Terakhir, hidup lebih independen, terutama bagi kelompok difabel dan lanjut usia.
Smart City
Terkait dengan smart city, jelas Dani, merupakan konsep kota yang memanfaatkan teknologi informasi untuk mengintegrasikan seluruh infrastruktur dan pelayanan pemerintah kepada warga masyarakat.
“Penerapan konsep smart city dalam sebuah perencanaan kota ialah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan menekankan layanan masyarakat dengan mengintegrasikan beberapa elemen yang ada di perkotaan, seperti pemerintahan ekonomi, kualitas hidup, lingkungan, sumber daya manusia, dan transportasi,” terang Dani.
Founder dan CEO Qlue RaMa Raditya menambahkan, potensi pengembangan smart city secara gobal sangat besar. Berdasarkan data Fortune Business Insight Research 2021 potensinya mencapai USD47 miliar pada dan terus tumbuh 31% setiap tahun.
“Kalau ngomong (market) potensial memang kita dari awal juga tidak tahu, potential-nya ternyata besar sekali, billion of dollar di global market. Indonesia market juga begitu dan it’s growing,” tegas RaMa. (SAN)