Obituari A. Edwin Kawilarang, Mengenang Jejak Ketua Umum REI Era 1995 – 1998

Semuanya senada mengutarakan kehilangan atas kepergian salah satu putra terbaik REI, A. Edwin Kawilarang yang tutup usia Minggu, 29 November 2020, pukul 11.10 WIB di Siloam Hospitals TB Simatupang, Jakarta Selatan.
0
2433

Jakarta – Aplikasi percakapan di grup WhatsApp (WAG) ‘Sahabat REI’, pada Minggu, 29 November 2020 kemarin, tiba-tiba riuh. Ucapan duka silih berganti mengalir dari anggota grup. Semuanya senada mengutarakan kehilangan atas kepergian salah satu putra terbaik REI, A. Edwin Kawilarang yang tutup usia Minggu, 29 November 2020, pukul 11.10 WIB di Siloam Hospitals TB Simatupang, Jakarta Selatan.

“Saya menangisi kepergian Edwin pagi ini.
Sahabat sejak puluhan tahun yang lalu.
Berjuang bersama di MPR
mewakili dunia usaha, aktif bersama di REI memperjuangkan profesi kita, dan bersama pula dengan teman lain membangun proyek properti kawasan Mega Kuningan sejak awal peletakan batu pertama hingga terwujud seperti sekarang.
Dalam suka dan duka Win, kita berusaha tetap bersama.
Tiba-tiba hari ini kamu tinggalkan kita semua karena Tuhan memanggilmu dan menganggap perjuanganmu telah selesai di dunia ini.
Selamat jalan Win, selamat beristirahat.
Semoga Tuhan YME menempatkanmu ditempat yang mulia di sisi Nya. Amiin”
MSH

Duka mendalam jelas terbaca dari isi WA yang tayang di WAG Sahabat REI. Betapa tidak, MSH (inisial MS Hidayat), tentu saja merasakan kehilangan. Bagi Menteri Perindustrian era 2009 – 2014 itu, sosok Edwin bukan figur asing. Sebagai sejawat, MS Hidayat dan Edwin Kawilarang sama-sama aktif di organisasi Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) dan sama-sama pernah menjabat sebagai orang nomor satu di organisasi properti tersebut.

Biografi

Jebolan Teknik Planologi Institut Teknologi Bandung angkatan ‘1977 ini adalah seorang pengusaha sekaligus politisi. Edwin merupakan putra Alex Evert Kawilarang, perwira militer Angkatan 1945 dan mantan anggota KNIL. Alex Kawilarang adalah pendiri Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Edwin saat Posma Planologi ITB tahun 1977 (Istimewa)

Edwin yang lahir di Bandung, 20 Maret 1954 ini, mulai membangun lini bisnis properti dengan mendirikan PT. Bimantara Siti Wisesa yang bergerak di bidang perumahan di Jakarta dan Bekasi. Selain itu, Edwin mendirikan PT. Abadi Guna Papan yang bergerak di bidang yang sama yakni pengembangan perumahan di wilayah Bandung. Dia juga mendirikan PT. Kuripan Raya dengan proyek perumahan skala besar Telaga Kahuripann di wilayah Parung, Bogor.

Tidak hanya sukses membangun kerajaan bisnis di bidang properti, kakek lima cucu ini juga aktif di Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (DPP REI). Beberapa jabatan penting pernah dipegangnya, mulai dari Sekretaris Jenderal DPP REI (1992-1995) dan Ketua Umum DPP REI (1995-1998).

Kiprah Politik

Edwin juga merambah panggung politik dengan menjadi Bendahara Umum DPP Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) periode 1994-1997, Ketua Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan ABRI (FKPPI) periode 1998-2003, Pimpinan Fraksi Karya Pembangunan MPR RI (Oktober 1998-November 1999), Fungsionaris DPP Golkar (1998-sekarang), anggota MPR RI utusan daerah Sulawesi Utara, dan Pimpinan Fraksi Partai Golkar MPR RI.

Pada tahun 2004, dengan dukungan Partai Golongan Karya (Golkar), Edwin terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sulawesi Utara. Dia bertugas di Komisi XI DPR RI (bidang keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank).

Pada periode kepemimpinannya di DPP REI, Edwin berhasil memperjuangkan masalah perpajakan, yaitu PPh Final, yang sekarang sudah dihapus. Selain itu, Edwin juga pernah mengusulkan untuk mengantisipasi otonomi daerah, di mana dia mengimbau agar REI mengadakan forum-forum pertemuan dengan pemerintah daerah, yang juga melibatkan unsur pemerintah pusat. Hal ini dia maksudkan untuk menjelaskan bahwa jangan sampai otonomi ini hanya sebagai alat pemda untuk mendapat Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Era kepengurusan Edwin 1995 – 1998, turut mendampingi Agusman Effendi (sekretaris jenderal) dan Umar Hartadinata sebagai Bendahara Umum DPP REI. Pada era Edwin ini juga diangkat Soeharsojo, Herman Soedarsono dan Budiarsa Sastrawinata sebagai Wakil Ketua Umum DPP REI.

Rakernas REI Tahun 1996

Rakernas REI Tahun 1996

Konfederasi

Di era Edwin Kawilarang, gagasan organisasi REI sebagai sebuah konfederasi tertuang dalam Program Kerja DPP REI. Kelak, organisasi REI tidak lagi beranggotakan perusahaan developer, tapi asosiasi. Nantinya, REI akan beranggotakan asosiasi perumahan, asosiasi apartemen, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. “Arah REI memang akan ke sana,” tandas Edwin.

Menurut Edwin, gagasan REI sebagai konfederasi di masa depan karena era globalisasi yang memberi peluang, tantangan dan memerlukan keikutsertaan anggotanya untuk menentukan gerak REI ke arah yang khusus. Meski saat ini tugas REI masih bergulat seputar perumahan, namun di masa mendatang REI harus melakukan spesialisasi. “Masing-masing mempunyai masalah tersendiri dan semua meminta perhatian REI,” kata Edwin.

Rencana membentuk konfederasi tidak bisa terwujud dalam waktu sesaat. Butuh persiapan yang matang dan tidak bisa dipaksakan begitu saja. Apalagi, belum tentu masyarakat juga siap. “Konfederasi sudah  Untuk itu, DPP REI masa bakti 1995 – 1998, dalam program kerjanya mencantumkan persiapan pembentukan konfederasi.

Kekeluargaan REI

Edwin berharap REI bertumbuh menjadi organisasi besar yang dewasa dan disegani. Pengurus REI tidak boleh memanfaatkan organisasi demi kepentingan pribadi dan harus siap membantu teman yang membutuhkan bantuan. “Pengurus jangan jalan sendiri-sendiri. Tetap harus dalam kerangka kerja tim. Apalagi saya kan bukan superman,” cetus Edwin seperti dikutip dari “Buku: Seperempat Abad REI 1972 – 1997”.

Bersama Soelaeman Soemawinata (Ketua BPO REI), dan Hari Ganie (WKU Koordinator REI); sesama alumni Planologi ITB.

Ayah tiga putri ini juga sangat terkesan dengan hangatnya kekeluargaan dalam organisasi REI. “Bisa saja seorang bos di suatu perusahaan. Namun begitu masuk REI atau menjadi panitia, dia harus mau jadi bawahan. Dan itu tidak menjadi masalah. Hal semacam ini rasanya tidak ada di organisasi lain,” tandasnya.

Selamat jalan Pak Edwin.. (BRN)