
Ilustrasi (Foto: Freepik)
Jakarta – Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) mengalami perlambatan pada triwulan I 2025. Pada periode yang sama, penyaluran kredit perbankan keseluruhan menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Perbankan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru triwulan II 2025 sebesar 85,22%, lebih tinggi dari 55,07% pada triwulan I 2025.
“Kredit Konsumsi yang termoderasi disebabkan dari perlambatan permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) dengan SBT 53,26%,” jelas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 24 Juli 2025.
Perlambatan juga terjadi pada Kredit Multiguna dengan SBT 26,40%. Sementara itu, permintaan Kartu Kredit (SBT 69,80%), Kredit Tanpa Agunan (SBT 46,13%), dan Kredit Kendaraan Bermotor (SBT 10,96%) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kebijakan standar penyaluran kredit pada triwulan II 2025 diindikasikan lebih berhati-hati dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Lending Standard (ILS) triwulan II 2025 yang bernilai positif sebesar 0,08.
Berdasarkan jenis kredit, standar penyaluran kredit yang lebih ketat tersebut didorong oleh jenis Kredit UMKM, Kredit Modal Kerja, dan KPR/KPA. Beberapa aspek kebijakan penyaluran kredit yang terindikasi lebih berhati-hati, antara lain pada aspek plafon kredit, premi kredit berisiko, agunan, dan persyaratan administrasi.
Adapun pada triwulan III 2025, kebijakan standar penyaluran kredit diprakirakan relatif sama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) triwulan III 2025 yang positif sebesar 0,02.
Kebijakan standar penyaluran kredit yang lebih selektif terjadi pada jenis Kredit Modal Kerja, Kredit UMKM, dan Kredit Investasi, sementara standar penyaluran Kredit Konsumsi dan KPR/KPA relatif lebih longgar. Kebijakan penyaluran yang lebih ketat antara lain terjadi pada aspek premi kredit berisiko, suku bunga, dan jangka waktu kredit, sementara kebijakan penyaluran kredit yang lebih longgar terdapat pada aspek plafon kredit.
KPR Masih Jadi Prioritas
Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit baru pada triwulan III 2025 diprakirakan tetap tumbuh dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru triwulan III 2025 sebesar 81,71%, meskipun lebih rendah dibandingkan SBT 85,22% pada triwulan sebelumnya. Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru pada triwulan III 2025 sama dengan periode sebelumnya, yaitu Kredit Modal Kerja, diikuti oleh Kredit Investasi dan Kredit Konsumsi.
Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran KPR/KPA diprakirakan masih menjadi prioritas utama, diikuti oleh Kredit Multiguna dan Kredit Tanpa Agunan. Berdasarkan sektor, penyaluran kredit baru pada triwulan III 2025 diprakirakan terbesar pada sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta sektor Perantara Keuangan.
Meskipun KPR melambat, peningkatan kredit baru terindikasi bersumber dari Kredit Modal Kerja (SBT 88,34%) dan Kredit Investasi (SBT 77,54%). Sementara itu, Kredit Konsumsi (SBT 57,76%) terindikasi sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan I 2025 dengan SBT 59,25%. (SAN)