RI-Australia Genjot Investasi Energi Bersih

"Kita perlu mengambil tindakan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan bersama dengan membuka miliaran investasi energi bersih," jelas Menko Airlangga.
0
443

Jakarta – Permasalahan transisi energi bersih menjadi salah satu topik utama dalam Presidensi G20 Indonesia. Pemerintah sangat serius mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Salah satunya melalui kerja sama bilateral mempercepat transisi energi dengan mitigasi dan pengurangan emisi.

Hal ini terungkap dalam pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese, di Jakarta, Senin, 6 Juni 2022 malam.

Menko Airlangga menyampaikan, hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia telah berlangsung lama dan berharap agar hubungan kedua negara harus lebih dalam daripada sekadar arsitektur saja, namun juga harus membawa kemajuan nyata.

“Kita perlu mengambil tindakan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan bersama dengan membuka miliaran investasi energi bersih,” jelas Menko Airlangga.

Pemerintah akan meluncurkan roadmap NZE pertama di Indonesia didukung oleh International Energy Agency (IEA) Clean Energy Transition Program dengan dukungan pendanaan dari Australia. Berdasarkan analisa IEA, perpindahan Indonesia ke jalur NZE dapat menarik tambahan investasi bersih sebesar US$ 2 miliar per tahun hingga 2030, dan menciptakan lebih dari 900 ribu lapangan kerja.

“Proyek dengan dampak global dan regional harus menjadi inti dari jalur Indonesia menuju NZE. Kami menyambut baik proyek hidrogen hijau Australia di Indonesia untuk siap tahun ini. Solusi cerdas yang dipimpin oleh industri juga harus mendorong upaya bersama menuju rantai pasok yang lebih tangguh,” ujar Menko Airlangga.

Australia juga dapat mempertimbangkan untuk berkontribusi pada Mekanisme Transisi Energi Asian Development Bank (ADB) yang baru antara lain mempercepat pilot project Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS), dan pemanfaatan amonia di pembangkit listrik tenaga batu bara.

Pengembangan Keterampilan

Menurut Menko Airlangga, kemitraan kedua negara dalam pengembangan rencana pekerjaan ramah lingkungan untuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini sebagai upaya pemanfaatan peluang ekonomi energi baru. Namun, tahap mengurangi penggunaan bahan bakar fosil tidak dapat terpenuhi tanpa mengamankan solusi alternatif dan pemberdayaan masyarakat.

“Australia dapat bermitra dalam pengembangan keterampilan. Misalnya, dalam beasiswa, pelatihan, pertukaran, akses visa, dan pengakuan keterampilan bersama. Kami mengapresiasi berdirinya Monash University di Indonesia dan mengharapkan lebih banyak lagi kemitraan universitas Australia di Indonesia,” papar Menko Airlangga.

Kemajuan sektor manufaktur adalah kunci kerja sama ekonomi kedua negara di bawah Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Ke depannya, kedua negara juga menyambut baik kerja sama dalam ekspor otomotif.

“Kami mengharapkan dukungan Pemerintah Australia untuk membantu memobilisasi dan membuka lebih banyak investasi lagi dalam energi bersih baru, yang akan mampu mendorong transformasi produktivitas, inovasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi,” pungkas Menko Airlangga. (BRN)