Indonesia Diprediksi Jadi The Bright Spot in Asia

Ekonomi Indonesia akan tetap resilient meski ekonomi global akan diselimuti dengan kabut tebal.
0
609
Indonesia

Jakarta – Dengan kesiapan ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan yang ada, Indonesia diperkirakan menjadi The Bright Spot in Asia.

“Berbagai dinamika global yang ada menjadi pengingat untuk kita, bahwa kita tetap optimis namun harus terus waspada,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melalui keterangan tertulisnya, Rabu, 21 Desember 2022.

Ekonomi Indonesia akan tetap resilient meski ekonomi global akan diselimuti dengan kabut tebal. Namun, perlu diperhatikan lagi bahwa keberhasilan tersebut hanya akan didapat dengan kerja keras seluruh elemen bangsa.

Menko Airlangga menjelaskan, kondisi ketidakpastian juga pernah dialami saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Namun, dengan diskusi, rembuk bersama, dan kerja keras kita bisa melalui itu.

“Keberhasilan tersebut dapat menjadi lesson learned yang berharga, bahwa koodinasi dan sinergi erat yang dibangun mampu membawa kita keluar dan bahkan bangkit lebih kuat,” ujar Menko Airlangga.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, menyampaikan perubahan struktural yang konstruktif merupakan syarat utama agar kita tidak mudah digoyahkan oleh situasi gejolak global.

Presiden Joko Widodo juga memberikan sejumlah arahan agar ekonomi nasional tetap tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan. Arahan tersebut, antara lain dengan: (i) sinergi fiskal, moneter, dan sektor riil, (ii) menjaga daya beli masyarakat, (iii) meningkatkan ekspor, (iv) meningkatkan investasi, serta (v) memperluas hilirisasi dan energi hijau.

Komitmen Strategis

Kepemimpinan Presiden, lanjut Menko Airlangga dapat membawa Indonesia bersama para pimpinan G20 menghasilkan beberapa komitmen strategis yang dituangkan dalam G20 Bali Leaders’ Declaration.

Beberapa komitmen strategis tersebut, antara lain Pandemic Fund untuk mengatasi pandemi di masa depan sebesar USD1,5 miliar dan Special Drawing Right (SDR) oleh IMF dalam bentuk Resilience and Sustainability Trust (RST) sebesar USD81,6 miliar.

Kemudian, mendorong komitmen perubahan iklim pada Glasgow Pact dari negara maju sebesar USD100 miliar per tahun. Lalu, kelanjutan komitmen untuk memastikan setidaknya 30% dari daratan di dunia dan 30% dari laut dunia dikonservasi atau dilindungi pada tahun 2030.

Terakhir, kelanjutan komitmen untuk mengurangi degradasi tanah secara sukarela  sampai 50% di tahun 2040. (SAN)