Per September 2022, Penerimaan Pajak Capai 88,3% dari Target

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan penerimaan pajak hingga September 2022 mencapai Rp1.310,5 triliun (88,3 persen dari target).
0
409
penerimaan pajak

Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan penerimaan pajak hingga September 2022 mencapai Rp1.310,5 triliun (88,3 persen dari target). Mayoritas jenis pajak juga menunjukkan kinerja yang baik, di mana beberapa diantaranya sudah hampir mendekati target 100 persen dari pagu.

“Di Perpres 98 tahun 2022 kita sudah menaikkan targetnya, tapi mungkin akan tetap lebih tinggi lagi. Optimisme penerimaan pajak yang sangat tinggi ini menggambarkan harga komoditas masih bagus, pertumbuhan ekonomi Indonesia momentumnya menggeliat yang menimbulkan penerimaan pajak, dan juga implementasi dari undang undang HPP kita yang cukup baik,” tutur Menteri Keuangan dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 2 November 2022.

Meski demikian, jelas Sri Mulyani, di bulan September 2022 ini pertumbuhan penerimaan pajak hanya 28 persen. Angka ini terbilang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan empat bulan terakhir level-nya tergolong rendah.

Menurut Menkeu, tren yang menurun ini juga patut untuk diwaspadai. Potensi risiko juga perlu diantisipasi dan dimitigasi untuk menjaga peran APBN 2022 yang waspada, antisipatif, dan responsif dalam menghadapi ancaman dan risiko global yang tidak pasti.

Melebihi Target

Seirama, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal juga mengatakan kemungkinan besar realisasi penerimaan negara akan jauh melampaui target, bahkan bisa mencapai 110 persen.

Penopangnya adalah penerimaan pajak baik dari domestik maupun perdagangan internasional yang keduanya mengalami peningkatan yang cukup tajam. Selain itu, Faisal menyatakan bahwa manufaktur juga turut berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara.

“Dari data perdagangan ekspor impor kita, value-nya memang naik ya karena harga-harga tahun ini untuk komoditas andalan ekspor kita naiknya luar biasa. Bahkan batubara itu sampai sekarang masih sangat tinggi,” urai Faisal.

Walaupun sebetulnya tidak melulu dari harga komoditas saja. Beberapa manufaktur itu juga meningkat ekspornya, terutama manufaktur yang berasal oleh investasi di industri hilir tambang. Salah satu manufaktur yang masih terus tinggi, terutama di ekspor logam dasar.

“Jadi ada dua ya harga komoditas yang paling utama, tapi yang manufaktur khususnya yang logam dasar itu memang masih tinggi sekali. Itu ekspornya, itu mempengaruhi penerimaan tentu saja,” tambah Faisal. (SAN)