Jakarta – Presiden Joko Widodo mengajak pelaku industri jasa keuangan untuk menjaga sektor jasa keuangan dan perekonomian Indonesia agar inklusif dan berkelanjutan ditengah situasi geopolitik yang masih belum kondusif. Kepala Negara juga menyampaikan optimismenya bahwa ekonomi Indonesia di tahun 2024 tetap akan bertumbuh secara baik.
“OJK harus terus memperkuat inklusi dan literasi keuangan. Ini catatan saya, tingkat inklusi keuangan kita di angka 75 persen dan tingkat literasi keuangan kita masih di angka 65 persen di 2023,” tegas Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2024, di Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.
Presiden berharap stabilitas politik dalam negeri usai Pemilu Tahun 2024 dapat mendorong arus investasi. “Yang paling penting politik negara kita, politik dalam negeri kita stabil dan pastinya ini melegakan para pelaku industri keuangan dan membangkitkan industri keuangan yang semakin kokoh untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Joko Widodo optimistis perekonomian nasional tetap akan tumbuh positif di tahun 2024. “Ekonomi Indonesia tumbuh masih sangat baik yaitu 5,05 persen, inflasi juga terkendali terjaga di 2,57 persen, cadangan devisa kita masih di USD145 miliar, neraca dagang kita juga surplus USD36 miliar atau kira-kira Rp570 triliun, current account deficit kita juga surplus di 0,16 persen. Saya kira angka-angka seperti ini yang harusnya kita optimis terhadap ekonomi Indonesia di tahun 2024,” ujar Presiden.
Meski demikian, Presiden Jokowi mengingatkan semua pihak di sektor jasa keuangan mewaspadai pergerakan ekonomi global dan masifnya disrupsi teknologi. “Kita harus banyak belajar pada kasus-kasus masa lalu, baik di 1998, di Asian financial crisis, kemudian di 2008 juga global financial crisis, dan juga kita lihat jatuhnya Silicon Valley Bank. Ini juga mengharuskan kita semua berhati-hati dalam menjaga industri keuangan kita, menjaga ekonomi kita,” ucap Presiden.
Inklusi Keuangan
Selain itu, Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya menjaga ekonomi agar inklusif dan berkelanjutan serta memperkuat tingkat inklusi dan literasi keuangan. “OJK harus terus memperkuat inklusi dan literasi keuangan. Catatan saya, tingkat inklusi keuangan kita di angka 75 persen dan tingkat literasi keuangan kita masih di angka 65 persen di 2023,” tutur Presiden.
Lebih lanjut, Kepala Negara mendorong pengembangan UMKM melalui peningkatan akses permodalan. Presiden menjelaskan perlunya strategi meningkatkan kredit perbankan terhadap UMKM.
“Kredit perbankan untuk UMKM saat ini masih di angka 19 persen. Ini perlu sebuah trobosan, perlu sebuah strategi agar ada peningkatan kredit perbankan terhadap UMKM sehingga kita bisa melihat UMKM kita tumbuh dengan baik,” ucap Presiden. (BRN)