Suharso Monoarfa: Profesi Perencana Dituntut Responsif Terhadap Tantangan

Profesi perencana, para alumni dan pendidikan perencana dituntut responsif terhadap tantangan ke depan.
0
201
profesi perencana

JakartaMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan, profesi perencana, para alumni dan pendidikan perencana dituntut responsif terhadap tantangan ke depan. Demikian ia sampaikan dalam Webinar Alumni Bicara #5 dengan tema Peran Alumni Dalam Implementasi Rencana: Bergerak Bersama Membangun Wilayah dan Kota yang diselenggarakan secara virtual, Jumat, 16 September 2022.

“Bagaimana sebaiknya respon perencana? Profesi perencana, para alumni dan pendidikan perencana dituntut responsif terhadap tantangan ke depan,” tegas Suharso yang juga merupakan angkatan tahun 1974 Planologi ITB.

Suharso menjelaskan, dalam mewujudkan Visi 2045: Indonesia Menuju Negara Pendapatan Tinggi, ada enam strategi yang disiapkan. Pertama, sumber daya manusia (SDM) berdaya saing yang meliputi sistem kesehatan, pendidikan (sistem pendidikan dan pendidikan karakter) dan riset serta inovasi.

“Kemudian produktivitas sektor ekonomi dalam hal ini industrialisasi. Sektor industrialisasi ini sekarang kontribusi dari sektor industri kita terhadap PDB masih di bawah 20 persen,” ucap Suharso.

Strategi ketiga, ekonomi hijau meliputi ekonomi rendah karbon, blue economy dan transisi energi. Keempat, transformasi digital meliputi infrastruktur digital, pemanfaatan digital dan penguatan enabler.

“Berikutnya adalah transformasi digital. Kalau dari sisi pemerintah transformasi digital dalam rangka data center kita sedang bangun,” kata Suharso.

Kelima, integrasi ekonomi domestik yang meliputi infrastruktur konektivitas, superhub, hub laut, hub udara, kemudian domestic value chain. Strategi yang keenam adalah pemindahan IKN yang akan menjadi sumber pertumbuhan baru dan menyeimbangkan ekonomi antar wilayah.

Pada kesempatan yang sama, Sumasna, Angkatan 1988 Planologi ITB yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat mengatakan, perencanaan merupakan satu instrumen yang menentukan keberhasilan perencanaan suatu daerah.

“Perencanaan itu satu instrumen di antara beberapa instrumen lain yang menentukan berhasil atau tidaknya skenario perencanaan suatu daerah,” ucap Sumasna.

Perumusan Tata Ruang

Adapun Budi Prakosa, Kepala Bappeda Kota Semarang menuturkan, ada lima elemen pokok dalam pengaturan ruang, yaitu Wisma (perumahan/lingkungan hunian). Kemudian, elemen Karya (tempat kerja/lingkungan produksi) dan, Marga (jalan/ penghubung antarlingkungan). Lalu, elemen Suka (rekreasi/penyeimbang dua fungsi utama). Terakhir, elemen Penyempurna/Prasarana (infrastruktur dan fasilitas perkotaan)

“Beberapa yang sifatnya struktur dalam struktur ruang yang bersifat jaringan itu adalah komponen-komponen investasi publik. Sehingga nanti ini menjadi tanggung jawab pemerintah baik di pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah kota/kabupaten,” ujar Budi yang juga alumnus Planologi ITB Angkatan tahun 1998.

Arief Noviar Sugito yang merupakan angkatan tahun 1991 Planologi ITB menambahkan, Rencana Tata Ruang (RTR) suatu lokasi menjadi sebuah panduan dalam menenentukan lokasi pengembangan perumahan.

“Rencana Tata Ruang (RTR) menjadi panduan bagi kami. Karena kami bisa melihat lokasi yang kami pilih itu harus strategis,” ungkap Arief yang kini berprofesi sebagai seorang pengembang perumahan bersubsidi di Majalengka, Jawa Barat.

Dalam menjalankan bisnisnya di bidang perumahan, Budi menguraikan sejumlah tantangan. Pertama, kelengkapan RTR  yang umumnya ada RTRT kabupaten (makro), namun belum ada RDTR-nya. Kedua, kelembagaan perizinan yang masih belum bisa memberikan kepastian waktu.

Ketiga, kapasitas pemda dalam implementasi pemanfaatan ruang. Terakhir perlu adanya penguatan softskill yang membutuhkan tidak hanya IQ, tapi juga EQ dan SQ. (SAN)