Majalah REI Edisi Januari 2021

0
286

Hikmah

Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua

Secara menyeluruh, tahun 2020 menjadi masa-masa yang cukup berat bagi perekonomian nasional sebagai dampak memburuknya ekonomi dunia. Tidak terkecuali di sektor properti, tekanan pasar sangat kencang sehingga dipastikan tahun lalu ditutup dengan kondisi yang kurang menggembirakan.

Begitu pun di 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dibayang-bayangi tingginya angka penyebaran. Keberhasilan sosialisasi, distribusi dan pelaksanaan vaksinasi menjadi petaruhan besar bagi Indonesia. Jika berhasil maka ekonomi diperkirakan dapat bangkit lebih cepat, namun sebaliknya jika gagal maka konsekuensinya akan lebih buruk.

Begitu pun, di tengah kondisi yang sebenarnya masih penuh ketidakpastian sebaiknya pelaku usaha khususnya pengembang tidak berpatah arang. Pemerintah Indonesia sendiri sangat optimistis pemulihan ekonomi akan terjadi di 2021 dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun ini bisa mencapai 5%.

Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperkirakan laju perekonomian Indonesia akan tumbuh di kisaran 4,8%, dan pada 2022 diperkirakan tumbuh 6%. Yang menarik, IMF bahkan memproyeksikan di Asia Tenggara ekonomi Indonesia akan pulih di urutan kedua setelah Vietnam, dan disusul Malaysia di urutan ketiga.

Bank Dunia (World Bank) pun memperkirakan ekonomi Indonesia bakal tumbuh positif 4,4% di 2021, meski angka ini lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 4,7% akibat adanya peningkatan kasus dan pembatasan sosial berskala besar. Meski demikian, Bank Dunia menyebutkan jika ekonomi Indonesia 2021 akan membaik dan perlahan menguat pada 2022.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga memberi kabar gembira kalau perekonomian Indonesia akan lebih membaik di 2021. Indonesia sudah mengalami pertumbuhan negatif selama 3 kali sejak 1961, dan dikatakan selama itu pula Indonesia berhasil melewatinya. Namun LIPI berpendapat besaran pertumbuhan akan sangat bergantung pada keberhasilan. Sementara itu, Bank Indonesia memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5% di 2021, Bloomberg 5,6%, dan menurut Bank Pembangunan Asia (ADB) akan tumbuh 5,3%.

Jika melihat proyeksi objektif yang disampaikan oleh lembaga-lembaga berkompeten dunia tersebut semuanya menebarkan optimisme, tentulah tidak beralasan kalau kita selaku pelaku usaha justru pesimis dengan kondisi perekonomian Indonesia.

Artinya selalu ada peluang termasuk di industri properti. Semua kembali kepada kejelian pengembang dalam melihat peluang-peluang di setiap sub-sektor yang ada, tentunya dengan barometer yang terukur.

Memang harus diakui banyak kendala dan hambatan yang masih menjadi kekhawatiran termasuk menyangkut regulasi pasca terbitnya Undang-Undang Cipta Kerja (UUCK) seperti masalah tanah terlantar, rusun dan aturan perikatan jual beli, termasuk sikap bank yang lambat menurunkan bunga kredit meski bunga acuan Bank Indonesia sudah turun di level terendah dalam sejarah.

Khawatir wajar, tetapi bukan berarti kita tidak bisa mengatasinya dengan semangat kebersamaan untuk bangkit dari ketepurukan ekonomi saat ini. Kuncinya semua pemangku kepentingan kompak dengan satu visi untuk memperbaiki kondisi bangsa, dan bukan sebaliknya saling curiga-mencurigai.

Terakhir, mari kita menjadikan ini sebuah hikmah, bukan justru menganggapnya sebagai musibah. Di dalam kondisi ini sebenarnya banyak sekali hikmah yang bisa kita petik bersama termasuk kepekaan dalam menangkap perubahan yang terjadi di industri properti.

Ke depan, pengembang dituntut dapat mengikuti perubahan minat pasar dan regulasi terkini, sehingga dapat melanjutkan bisnisnya dengan lebih terukur. Tetap semangat, dan ayo kita sambut 2021 dengan harapan semua akan menjadi lebih baik!Â

Drs. Ikang Fawzi, MBA
Pemimpin Redaksi

Sumber Berita: http://rei.or.id/newrei/berita-majalah-rei–januari-2021.html#ixzz75ZZngL00
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives