Dampak Banjir Jabodetabek Terhadap Sektor Ritel dan Industri

Banjir Jakarta (Foto: BMKG)
Jakarta – Banjir Jabodetabek yang cukup parah melanda beberapa belum lama ini mempengaruhi sektor ritel dengan terendamnya beberapa mal di wilayah Bekasi dan Cipulir. Menurut General Manager General Agency Knight Frank Indonesia Frank Tumiwa, peristiwa bencana banjir tersebut menimbulkan kerugian di sektor ritel.
“Prospeknya banyak mengalami penurunan dengan kerugian di sektor usaha termasuk ritel. Data yang kami terima, kerugian terbesar itu di sektor transportasi. Namun ritel kena dampaknya juga. Kemudian beberapa ritel dalam hal ini bukan hanya mal, tapi pasar-pasar, UMKM juga banyak terkena dampaknya, seperti beberapa pasar di Jakarta, Tangsel dan Cipulir,” jelasnya pada Jakarta Property Highlight H2 2024 Online Press Conference, Kamis, 6 Maret 2025.
Frank melanjutkan, tak hanya ritel, semua sektor usaha mengalami dampak banjir yang terjadi pada Selasa, 4 Maret 2025 lalu. Pada acara yang sama, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat menambahkan, pengelola properti baik itu ritel maupun kawasan industri perlu memastikan pengelolaan air berjalan dengan baik
“Sebagai pengelola properti, baik itu ritel maupun kawasan industri kita perlu memastikan bahwa pengelolaan air, apakah itu yang digunakan atau air buangan harus integrated dengan pengelolaan sumber daya air yang berlaku dalam site tersebut,” urainya.
Dia menambahkan, pengelola properti sejatinya telah memilki sejumlah strategi pengelolaan bangunan dan lingkungan untuk mengalirkan air limpasan. Namun, perlu dipikirkan pula ketika air limpasan yang datang ternyata melebihi kapasita.
“Ketika banjir asumsinya adalah air limpasan yang datang over capacity sehingga saya pikir perlu diperkirakan juga bagaimana plan A dan plan B dan seterusnya terkait pengelolaan sumber daya air yang terintegrasi antara bangunan atau properti yang kita kelola dengan pengelolaan sumber daya air kawasan tersebut,” lanjutnya.
Sektor Ritel Pilihan Investasi
Adapun terkait performa sektor ritel Semester II 2025, Syarifah menyebut dalam skala regional, sektor ritel masih menjadi salah satu sektor yang menjadi pilihan investasi, atau termasuk dalam Top Five Sector for Property Investment di Asia Pasifik. Dengan volume investasi yang tertinggi di Asia Pasifik.
Di Jakarta, beberapa ritel telah memperlihatkan progress hasil renovasinya, dan lebih optimis untuk menciptakan crowd kunjungan yang lebih positif. Tentu saja, inovasi ruang-ruang baru dengan tema yang menarik menjadi point of atrraction. Selain itu, tenant baru dan tenancy mix menjadi penting untuk memberikan experience baru terhadap pengunjung.
Secara umum, detail performa dari sektor ritel di semester kedua tahun 2024, antara lain total pasokan mall tetap di angka 4.304.008 m2. Kemudian, rerata tingkat okupansi ruang ritel saat ini berada di kisaran 77,55%, atau menurun tipis dari periode yang sama tahun 2023. Sedangkan, rerata harga sewa meningkat sekitar 4,27% dari periode yang sama tahun lalu.
New tenant in pada ritel kelas middle-up didominasi oleh global brand, terutama sektor Entertainment dan FnB. Sementara peritel lokal brand mewarnai di sektor Supermarket, Home Appliance dan tidak ketinggalan FnB.
Sektor Industri Minim Risiko
Adapun performa sektor industri dan logistik di Semester II 2025 menjadi salah satu subsektor properti yang dinilai memiliki risiko yang minim, dan potensi tumbuh yang tinggi, sehingga menjadi pilihan investor di berbagai kota di Asia Pasifik, termasuk Asia Tenggara.
Saat ini, di Greater Jakarta dan Subang, menjadi submarket paling potensial, dengan sektor auto-related sebagai prime mover, terutama yang terkait dengan pengembangan produksi EV (electric vehicle) dan berbagai industri turunannya.
Sementara itu, sektor Data Center yang sejak tahun 2021 terdeteksi aktif menyerap lahan industri di Greater Jakarta, di akhir tahun 2024 tidak lagi menjadi occupier utama, dengan total serapan lahan yang tidak setinggi dua tahun sebelumnya.
Performa subsektor industri terhitung mencatatkan yang terbaik sejak pandemi melanda. Sehingga tidak mengherankan jika beberapa kawasan industri di Jabodetabek berencana membuka tambahan pasokan lahan untuk memenuhi permintaan para industrialist. Termasuk di wilayah Subang yang juga memiliki rencana yang sama.
Berikut kilasan pasar kawasan industri Jabodetabek dan sekitarnya periode 2H24, yaitu total stok kawasan industri di Greater Jakarta dan sekitarnya bertambah, saat ini tercatat berkisar 15.729 hektar. Total serapan lahan di semester ini berkisar 77 hektar. Subang, Bekasi dan Karawang, masih menjadi submarket yang potensial saat ini.
Harga masih stabil, cenderung mulai meningkat terutama di beberapa kawasan yang memiliki daya kompetisi yang relatif lebih tinggi, seperti di koridor timur Jakarta. Tahun 2024 menjadi performa terbaik dalam 5 tahun terakhir, melalui catatan permintaan lahan berkisar 312 ha. Auto-related menjadi occupier yang paling aktif di akhir tahun 2024. (SAN)