Produsen Lantai Kayu TEKA Dukung Pameran Lukis Indonesia

Produsen lantai kayu premium TEKA, PT Tanjung Kreasi Parquet Industry (TKPI), anak usaha dari PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN Group) melakukan kolaborasi seni dengan 10 pelukis modern dan kontemporer.
0
377
Lantai Kayu

TANGERANG SELATAN – Produsen lantai kayu premium TEKA, PT Tanjung Kreasi Parquet Industry (TKPI), anak usaha dari PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN Group) melakukan kolaborasi seni dengan 10 pelukis modern dan kontemporer dengan menggelar pameran lukisan bertajuk Art Kembang Kayu dari 26 Maret – 10 April 2022 di TEKA Real Wood Flooring Gallery, Alam Sutera, Tangerang Selatan.

Ke-10 pelukis tersebut antara lain Syakieb Sungkar, Amrus Natalsya, KP Hardi Danuwijoyo, Nisan Kristiyanto, Erman Sadin, Sarnadi Adam, Indyra, Sukriyal Sadin, Chryshnanda Dwilaksana dan Revoluta S.

Direktur TKPI, Muhammad Hamdani, mengatakan pameran lukisan Art Kembang Kayu yang melibatkan 10 seniman seni rupa Indonesia tersebut merupakan langkah awal TEKA dalam mengapresiasi ide kreatif para seniman sekaligus sebagai bentuk kolaborasi interior lantai kayu dengan para seniman Indonesia.

“Bagi kami, lantai kayu atau dinding kayu bukan hanya sebuah produk melainkan sebuah karya dari keberagaman dan keunikan dari setiap pohon untuk menciptakan keindahan dari suatu ruangan,” kata Muhammad Hamdani saat pembukaan pameran lukisan tersebut, Sabtu (26/3/2022).

Melalui pameran tersebut, kata dia, para seniman memiliki alternatif baru memamerkan karyanya. Ini sekaligus memberikan ruang bagi TEKA untuk memperkenalkan produk lantai kayu premium kepada khalayak yang lebih luas di dalam negeri.

Menurut Hamdani, produk engineered floorings merek TEKA telah dikenal di lebih dari 44 negara tujuan ekspor seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Kemudian, Jepang, Timur Tengah, China, Korea Selatan dan sejumlah negara di Asia Tenggara. Pabrik TEKA berlokasi di Temanggung Jawa Tengah, di atas lahan seluas 17 hektar.

Apresiasi Seni

Produk parket atau lantai kayu alami tersebut telah banyak penggunaannya untuk bangunan terkenal di dalam dan luar negeri. Selain itu, telah mendapat kepercayaan dari beberapa brand global untuk penggunaan lantai kayu pada interior jaringan gerainya.

“Sejauh ini produk kami lebih dikenal di pasaran ekspor. Namun dalam beberapa tahun terakhir kami juga serius mengembangkan pasar lokal. Salah satunya ditandai dengan pembukaan TEKA Wood Flooring Gallery pertama di Alam Sutera,” ujarnya.

Selain menjadi bentuk kontribusi PT TKPI dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN Group) terhadap perkembangan seni lukis di Tanah Air, Hamdani juga tidak menampik jika ke depan TEKA dapat melakukan kolaborasi lebih lanjut dengan para seniman lukis nasional untuk memproduksi lantai kayu bermotif lukisan tertentu.

Kurator Art Kembang Kayu, Anna Sungkar, menyampaikan terimakasih atas dukungan penuh PT TKPI dan DSN Group dalam memajukan seni lukis nasional dengan menyediakan tempat bagi 10 pelukis untuk memamerkan karya seni mereka di TEKA Wood Flooring Gallery, Alam Sutera.

Dia mengatakan karya para seniman lukis dalam pameran kali ini sebagian besar secara kebetulan mengarah kepada karya yang berbau lirisisme. Tentu saja, banyak karya-karya di luar lirisisme yang cocok juga untuk dipadankan menjadi bagian elemen interior. Namun semuanya sangat bergantung dari situasi dan preferensi para arsitek dan pemilik rumah.

Keberagaman

Keberagaman pilihan juga mendapat perhatian dalam pameran ini. Porsinya sesuai dengan luasnya selera masyarakat yang semakin hari semakin maju daya apresiasi seninya.

“Namun pada akhirnya karya-karya lukis yang dipamerkan akan terasa cocok dengan keunikan permukaan kayu yang terdapat pada parket dan dinding kayu olahan di galeri TEKA ini,” ujar Anna Sungkar.

Suasana pameran lukisan Art Kembang Kayu
Foto; Rinaldi

Kolektor lukisan, Wina Armada menjelaskan karya-karya perupa yang hadir dalam pameran Art Kembang Kayu ini mewakili jati diri pelukisnya masing-masing. Melihat daftar para peserta pameran, menurut Wina, jelas sudah mulai menemukan DNA dan brand masing-masing. Peranan kurator Anna Sungkar akan memperjelas jejak DNA masing- masing pelukis.

“Maka pameran ini menjadi sarana yang saling melengkapi dengan penggunaan medium kemajuan teknologi. Dengan demikian, pameran ini bukan sekedar etalase karya-karya perupa. Tetapi juga merupakan sebuah unjuk eksistensi brand dari DNA masing-masing peserta pameran,” pungkas Wina Armada. (MRI)