Page 32 - Majalah RealEstat Indonesia Edisi Agustus 2024
P. 32

PEMBIAYAAN








































             Masyarakat Miskin dan MBR Paling



          Butuh Intervensi Pemerintah



          RISET PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (SMF) DAN DTS INDONESIA MENGUNGKAPKAN KAJIAN TERKAIT KONDISI DAN KONTRIBUSI
          SEKTOR PERUMAHAN DI INDONESIA, SERTA MASUKAN BAGI PEMERINTAHAN BARU MENDATANG.

                asil kajian PT SMF bersama DTS Indonesia menunjukkan bah-  yang tinggal di hunian non-milik tidak layak sebanyak 4.49 juta (6,15
                wa untuk setiap Rp1 triliun yang diinvestasikan pada sektor   persen). Ketiga, backlog kepemilikan 5,42 juta (7,42 persen). Sementara
                perumahan, dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto   total rumah tangga Indonesia yang masih memiliki permasalahan
         H(PDB) sekitar Rp1,9 triliun, pengurangan kemiskinan hingga   perumahan mencapai angka 32,34 juta rumah tangga (44.27 persen)
          6.107 orang, serta berdampak pada 185 sektor ikutan lainnya termasuk   pada tahun 2023.
          sektor pendidikan dan kesehatan yang merupakan sektor penting dalam   Agar intervensi di sektor perumahan berjalan efektif dan efisien dari
          peningkatan kualitas SDM dan pengentasan stunting.   sisi anggaran, SMF mengusulkan intervensinya harus tersegmentasi
             Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo menyebutkan ada empat indi-  berdasarkan empat dimensi sosio ekonomi, yaitu isu yang dihadapi dan
          kator kelayakan hunian yakni mencakup akses air bersih, akses sanitasi   kelayakan hunian versus kepemilikan, kemampuan ekonomi, miskin
          layak, ketahanan bangunan, dan luas bangunan.        dan rentan versus masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) versus
             Data  Survei  Sosio  Ekonomi  Nasional  (Susenas)  Maret  2023  yang   non-MBR, lokasi tinggal, perkotaan versus perdesaan non-pesisir versus
          diolah SMF menunjukkan, sebanyak 26,92 juta rumah tangga Indonesia,   perdesaan pesisir, serta jenis pekerjaan, formal versus informal.
          atau sekitar 36,85 persen masih tinggal di rumah tidak layak huni (RTLH).   “Fokus utama intervensi pemerintah ada pada kelompok masyara-
          Sedangkan backlog kepemilikan mencapai angka 9,91 juta rumah tang-  kat miskin, rentan, dan MBR. Karena  backlog  kepemilikan di ketiga
          ga (13,56 persen).                                   kelompok itu mencapai 8,33 juta rumah tangga. Rinciannya 6,38 juta di
             “Terdapat irisan antara isu RTLH dan backlog kepemilikan,” ungkap   perkotaan, 1,19 juta di pedesaan pesisir, dan 0,75 juta di pedesaan non
          Ananta dalam keterangannya, baru-baru ini.           pesisir,” ungkapnya.
             Dengan adanya irisan tersebut,  maka isu perumahan terbagi ke   Untuk isu kelayakan hunian dari ketiga kelompok itu berjumlah
          dalam tiga kelompok. Pertama, masyarakat yang tinggal di hunian mi-  19,81 juta, dengan penyebaran 9,32 juta di perkotaan, 6,84 juta di pede-
          lik tidak layak sebanyak 22,43 juta (30,71 persen).  Kedua, masyarakat   saan pesisir, dan 3,66 juta pedesaan non pesisir.

          32
          32   |  Edisi 212, Agustus 2024  |  RealEstat Indonesia   |  Edisi 212, Agustus 2024  |  RealEstat Indonesia
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37