Pemerintah Waspadai Risiko Keuangan Global

Kendati kondisi pemulihan ekonomi nasional terus berlanjut, Pemerintah harus mewaspadai eskalasi risiko global yang memicu tekanan pasar keuangan global.
0
157

Jakarta – Kendati kondisi pemulihan ekonomi nasional terus berlanjut, Pemerintah harus mewaspadai eskalasi risiko global yang memicu tekanan pasar keuangan global. Upaya normalisasi perekonomian di Negeri Paman Sam serta memanasnya tensi Rusia versus Ukraina menjadi isu global yang patut diwaspadai.

“Beberapa waktu lalu kita dengar adanya kemungkinan percepatan normalisasi moneter di Amerika Serikat. Kemudian, meningkatnya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang tereskalasi sehingga kini menjadi sumber risiko global yang cukup besar. Kita harus mewaspadai hal itu,” kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, dalam DBS Asian Insight Conference 2022 bertema ‘Economic and Political Outlook 2022: Gearing Up fir Stronger Recovery‘, secara daring, Senin, 21 Maret 2022.

Wamenkeu menjelaskan dampak langsung dari eskalasi tensi politik Rusia dan Ukraina adalah peningkatan tajam harga komoditas, khususnya harga energi dan harga komoditas pangan. Harga batu bara dan crude palm oil (CPO) turut mengalami kenaikan. Demikian juga harga nikel yang melonjak secara cepat.

“Kita lihat di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, inflasinya mencapai tingkat yang cukup tinggi. Bahkan tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Hal ini menyebabkan volatilitas global,” kata Wamenkeu.

Volatilitas Pasar Keuangan Global

Adapun volatilitas pasar keuangan global juga mengalami kenaikan akibat sentimen geopolitik tersebut. Meskipun beberapa hari terakhir sedikit mengalami penurunan. Namun, Wamenkeu menekankan bahwa pemerintah harus mewaspadai tekanan pasar keuangan global.

“Ini semua bisa menjadi downside risk bagi prospek pertumbuhan global yang nantinya harus kita antisipasi ke dalam Indonesia,” ujarnya.

Pemerintah bersama kebijakan sektor keuangan dan fiskal akan terus mewaspadai dampak rambatan terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

“Kalau kondisi globalnya menjadi lebih volatil, kita mesti waspadai. Lewat channel keuangan seperti apa nanti dampaknya. Kemudian, melalui channel perdagangan juga bisa jadi ada dampak. Sedangkan dampak domestik terhadap inflasi, dampaknya pada pertumbuhan harus kita monitor dan antisipasi bersama,” kata Wamenkeu.

Wamenkeu berharap pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2022 akan tumbuh lebih baik, sejalan dengan tren pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung di Indonesia.

“Tahun ini semoga kita masih mendapatkan kombinasi antara dorongan pemulihan, pertumbuhan ekonomi akibat dorongan pemulihan maupun dorongan angka pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat kondisi tahun lalu masih slightly negatif. Ini semacam technical rebound yang masih kita dapatkan,” pungkasnya. (BRN)