Properti China Lesu, Apa Kabar Properti untuk WNA di Indonesia?

Anjloknya properti di China dan pasar global tidak secara otomatis mampu mengalihkan minat pembeli asing masuk ke pasar properti domestik. 
0
1169

Sementara pertumbuhan negara EMDEs akan turun dari 3,9% tahun 2023 menjadi 3,8% pada tahun 2024 dan stagnan pada 3,8% pada 2025. Di negara maju, pertumbuhan ekonomi terdorong oleh Amerika Serikat yang tumbuh relatif tinggi yaitu 1,9% pada 2023. Pertumbuhan ekonomi AS itu terutama karena konsumsi rumah tangga dan sektor jasa yang berorientasi domestik, kemudian menurun menjadi 1,1% pada 2024 sebelum naik lagi menjadi 1,8%.

Pertumbuhan ekonomi di Tiongkok melambat, yaitu dari 5,0% pada 2023 menjadi 4,3% di 2024 dan turun lagi 4,1% pada 2025. “Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok karena pelemahan konsumsi dan penurunan kinerja sektor properti,” tulis laporan tersebut.

Kebangkrutan Korporasi Raksasa

Turunnya kinerja sektor properti di China akibat sejumlah kasus kebangkrutan yang menimpa beberapa korporasi properti besar beberapa tahun belakangan. “Kebangkrutan raksasa korporasi properti itu justru menjadi sumber petaka perlambatan pertumbuhan ekonomi di China. Perlambatan pertumbuhan dalam investasi properti telah berdampak pada seluruh perekonomian, sehingga menurunkan investasi di berbagai sektor. Hal ini terjadi karena kuatnya keterkaitan ke belakang (backward linkage) sektor properti terhadap sektor ekonomi lainnya. Utamanya, terhadap industri manufaktur bahan konstruksi, produk logam dan mineral, mesin dan peralatan,” ujar Sunarsip.

Sunarsip melihat bahwa pemulihan sektor properti di China masih akan terjadi pada tahun ini. Pemulihan terutama akan terjadi pada perusahaan pelat merah. Sedangkan korporasi properti swasta masih akan menghadapi tekanan akibat keterbatasan sumber keuangan dan akses pendanaan.

Pemerintahan Xi Jinping telah turun tangan dalam upaya memulihkan kondisi sektor properti. Pemerintah, misalnya, telah menerbitkan berbagai kebijakan dalam rangka memperbaiki kinerja keuangan korporasi di sektor properti maupun meningkatkan daya beli masyarakat. Mereka juga memberlakukan langkah-langkah untuk mendukung sektor properti. Termasuk upaya mendukung pengembang dan pembeli rumah secara finansial, memperluas akses pendanaan, serta upaya pengendalian aksi spekulasi properti.

“Namun berbagai kebijakan tersebut belum serta merta akan mendorong kinerja sektor properti di China. Penjualan properti di China masih akan mengalami kontraksi selama 12 hingga 18 bulan ke depan,” pungkasnya. (BRN)

Halaman Selanjutnya
1 2