Duh! Jumlah Kelas Menengah Turun, Begini Nasib Bisnis Ritel

0
131
Performa sektor ritel diprediksi akan terdampak oleh penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia.

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan data bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia menurun menjadi 47,85 juta penduduk pada 2024 yang sebelumnya 57,33 juta penduduk di 2019 . Hal tersebut ditengarai akan berdampak pada roda bisnis ritel.

“Kalau kita lihat pada segmen-segmen tertentu, memang grade B dan grade C adalah segmen ritel yang terdampak paling tinggi saat ini,” urai Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat dalam Jakarta Property Highlight H1 2024 secara daring, Kamis, 12 September 2024.

Lebih jauh Syarifah menjelaskan, penurunan jumlah kelas menengah tidak terlalu berpengaruh terhadap sektor tersebut, yakni di premium grade A dan grade A.

“Sektor ritel di grade B dan C yang umumnya adalah strata ritel mengalami koreksi sekitar -3 atau kalau kita bedakan berdasarkan tipe, sektor strata ritel ini mengalami koreksi atau berada di bawah rereta tingkat hunian ritel di Jakarta saat ini,” imbuhnya.

Menurutnya, daya beli masyarakat saat ini relatif lebih rendah pada berbagai lapisan di kelas menengah, terutama kelas menengah bawah yang paling rentan. Dia juga melihat bahwa ruang sektor ini kini telah berkembang sesuai dengan kebutuhan dari konsumen. Contohnya pada segmen food and beverage (F&B) yang aktif untuk masuk dan keluar dari ruang-ruang ritel saat ini.

“Sektor F&B ini tumbuh dengan variasi segmen yang merata tidak hanya pada segmen yang mengisi ruang ritel di premium grade A, grade A, tapi juga mereka berinovasi cukup cepat untuk mengisi ruang-ruang ritel sektor B dan C,” terangnya.

Sementara untuk segmen pangan dan sandang, jumlah transaksi akan tetap terjadi meski volume kualitas maupun volume kuantitas akan berkontraksi.

General Manager General Agency Knight Frank Indonesia Frank Tumewa menambahkan, kelas menengah akan mengurangi belanja di pusat perbelanjaan dan memilih berbelanja secara online. “Mereka ke mall mungkin hanya melihat produk-produk, tapi mereka belinya nanti lewat online. Itu dikelas menengah yang terjadi sehingga kondisi ritel juga akan menurun,” ungkapnya.

Performa Ritel

Secara umum, performa sektor ini pada Semester I-2024 dari sisi pasokan dan permintaan relatif stabil. Namun, dari sisi tingkat hunian terindikasi terjadi koreksi performa dibandingkan semester sebelumnya.

“Sampai akhir tahun ini setidaknya ada tiga proyek ritel baru yang akan menambah pasokan secara umum di Jakarta. Sementara jika kita akumulatifkan future supply dari ritel ini akan masuk sampai dua tahun ke depan di Jakarta,” kata Syarifah.

Dari sisi tingkat okupansi ritel terjadi kencenderungan penurunan 0,45% pada semester I 2024 dibandingkan semester sebelumnya menjadi 77,79%. Kemudian, rerata harga sewa meningkat di angka Rp 782.010 dan service charge juga meningkat di angka Rp 162.630. (SAN)