Jakarta – Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dalam beberapa tahun mendatang bakal terancam jadi kota mati. Kondisi ini bukan ekses dari rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur, melainkan akibat bertumpuknya permasalahan selama sekian dekade yang membuat kota ini menjadi tidak layak huni.
“Tahun 2018 silam, Kota Jakarta kehilangan 280 ribu penduduk akibat migrasi. Tawaran perumahan di luar Jakarta, dengan air yang segar, kesejukan udara serta halaman yang luas membuat banyak warga Jakarta lebih memilih pindah ke wilayah pinggiran,” ungkap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Sosialisasi Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2022 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) DKI Jakarta 2022 secara daring, Rabu, 21 September 2022.
Anies memaparkan tantangan utama yang dihadapi warga Jakarta yakni adanya 16 juta unit motor dan 3,5 juta unit mobil yang mengaspal di jalanan. “Jakarta menjadi tempat paling berpolusi dan sering mengalami banjir besar. Kita bisa simpulkan, tidak sepenuhnya natural disaster, melainkan man-made disaster,” ujar Anies.
Selama sekian dekade, Kota Jakarta mengadopsi model pembangunan ruang yang hanya berorientasi pada kendaraan pribadi atau disebut car-oriented development. Pemerintah terus mengembangkan proyek jalan tol untuk meningkatkan integrasi dan mobilitas penduduk dari dan menuju Kota Jakarta.
Akibatnya yang terjadi adalah Jakarta mengalami urban sprawl atau penyebaran kawasan perkotaan yang tidak terkontrol. “Ini menyebabkan warga yang sebelumnya memiliki kartu penduduk Jakarta untuk pindah ke pinggiran. Migrasi orang keluar dari Kota Jakarta sudah berlangsung sejak beberapa dekade silam,” cetusnya.
Belum lagi problem lingkungan hidup yang tidak menjadi prioritas utama. “Kalau problem ini kita biarkan terus dan tidak ada intervensi, maka kota jasa ini akan semakin ditinggalkan warganya,” tukasnya.
Solusi Simtomatis
Lebih jauh Anies berharap penyelesaian permasalahan di Jakarta tidak secara simtomatis. “Untuk menyelesaikan persoalan di Kota Jakarta jangan hanya simtomatis atau hanya mengobati gejalanya saja. Kita harus mengobati sumber penyakitnya. Harus kita lihat apa saja akar masalahnya,” tegas Anies.
Untuk melakukan perubahan besar, lanjut Anies, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menjalankan sejumlah strategi. Pertama, perbaikan sarana dan prasarana transportasi publik. Hal ini bertujuan agar warga Jakarta bersedia beralih dari transportasi pribadi dan memanfaatkan transportasi umum.
“Tahun 2020 kemarin jumlah penumpang harian transportasi publik sudah tembus satu juta penumpang per hari. Angka itu naik dua kali lipat dalam dua tahun. Artinya, ada perubahan perilaku masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.
Mengutip data Pemprov DKI, layanan transportasi publik sudah meningkat dari 42% pada tahun 2017 menjadi 82% di tahun ini.
Anies menyebut, peringkat Jakarta sebagai salah satu kota termacet di dunia juga mengalami penurunan signifikan. Tahun 2017 lalu, Jakarta berada di posisi tiga teratas kota termacet di dunia. Tahun 2019 turun menjadi peringkat 10, dan trennya terus turun menjadi peringkat 31 pada tahun 2020 dan peringkat ke-46 pada tahun 2021.
“Tingkat kemacetan turun menjadi 34 persen dari semula 58 persen. Alhamdulillah tahun 2021 Jakarta menerima Sustainable Transport Award. Tahun 2020 lalu gas efek rumah kaca sebagai salah satu dampak dari adanya aktivitas kendaraan juga sudah turun menjadi 26 persen,” tukas Anies.
Anies memaparkan, akibat adanya tantangan perubahan iklim yang membuat curah hujan sangat tinggi dalam jangka pendek mengancam seluruh belahan dunia. Tidak terkecuali di Jakarta. “Untuk itu kami melakukan sejumlah langkah antisipasi. Pertama, perbaikan waduk, peningkatan kapasitas sungai, pengerukan sungai dan waduk, penyiapan drainase vertikal, penyiapan poulder baru, dan tanggul pantai.
Layanan air bersih juga menjadi program prioritas. “Saya berharap tahun depan PAM Jaya bisa bergerak lebih cepat. Kita menyediakan lebih dari 102 kios air untuk memastikan kampung-kampung yang sulit air bisa mendapat suplai air bersih,” tutup Anies. (BRN)