Pasokan Pusat Perbelanjaan Terbatas, Tingkat Hunian Diprediksi Meningkat

Ilustrasi pusat perbelanjaan. (Foto: Pixabay)
Jakarta – Keterbatasan pasokan pusat perbelanjaan baru diperkirakan akan mendukung tren peningkatan tingkat hunian secara bertahap. Hingga akhir tahun 2025, tingkat hunian diproyeksikan meningkat sekitar 3% dibandingkan dengan kondisi saat ini. Tingkat hunian pusat perbelanjaan terus menunjukkan kontras yang jelas antara mal kelas atas dan mal kelas bawah.
“Mal kelas premium mampu mempertahankan tingkat hunian di atas 80%, sementara banyak mal kelas bawah tetap berada di kisaran 50–60%,” ucap Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 28 Agustus 2025.
Sampai pertengahan tahun 2025, pusat perbelanjaan dan sektor ritel terus mengambil langkah-langkah konsisten untuk menjaga momentum pertumbuhan. Para peritel secara aktif menawarkan promo Payday, sementara pusat perbelanjaan menyelenggarakan festival kuliner serta berbagai kegiatan serupa guna meningkatkan jumlah pengunjung. Kolaborasi semacam ini tetap memberikan manfaat timbal balik dalam meningkatkan pengalaman berbelanja.
Meskipun sektor F&B menunjukkan penguatan, pengelola pusat perbelanjaan tetap berhati-hati terhadap risiko ketergantungan yang berlebihan. Komposisi penyewa yang seimbang—termasuk penyewa non-F&B yang mampu menarik keramaian—dipandang penting untuk menjaga tingkat hunian. Pada kuartal II tahun 2025, Jakarta dan wilayah Jabodetabek mencatat tingkat hunian yang stabil, masing-masing sebesar 73,4% dan 68,3%.
Adapun mal premium melayani konsumen yang mencari lebih dari sekadar ritel, dengan menawarkan destinasi kuliner, hiburan, dan gaya hidup—sebuah permintaan yang meningkat di era pasca-pandemi. Tingginya jumlah pengunjung dan lingkungan ritel yang kuat menjadikan mal-mal tersebut lebih menarik bagi penyewa, sekaligus mendukung tingkat hunian yang berkelanjutan.
Strategi Pusat Perbelanjaan Tetap Kompetitif
Pengelola pusat perbelanjaan secara aktif memantau tren ritel dan mengambil keputusan strategis untuk tetap kompetitif. Salah satu strategi yang diterapkan adalah secara bertahap meningkatkan komposisi penyewa dengan menghadirkan lebih banyak merek premium. Minat dari peritel asal Tiongkok, khususnya, menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pusat perbelanjaan dengan tingkat hunian yang kuat menerapkan pendekatan kurasi, agar penyewa baru dapat melengkapi penawaran yang telah ada.
Colliers Indonesia dalam laporannya memprediksi service charge pusat perbelanjaan kemungkinan akan naik sekitar 3% per tahun, yang secara umum sejalan dengan proyeksi inflasi selama periode 2025–2028. Selain itu pergantian penyewa masih berlangsung. Namun, pemilik mal umumnya tetap yakin karena daftar tunggu calon penyewa yang panjang. Akibatnya, tingkat kekosongan diperkirakan akan menurun sekitar 1–2% per tahun antara tahun 2025 dan 2028.
Sementara itu, Cushman & Wakefield mencatat permintaan ruang ritel tumbuh sebesar 5,9% dari semester sebelumnya, sehingga total permintaan menjadi 2.423.200 m². Akibatnya, tingkat hunian rata-rata naik tipis menjadi 76,6% (4,1% YoY dan 2,6% HoH).
Permintaan utama berasal dari sektor hiburan dan supermarket, yang terus berkembang. Beberapa gerai yang baru dibuka antara lain Anytime Fitness di Eastvara BSD dan Pesona Square, AEON Store di Eastvara, Yova Supermarket di Pollux Mall Cikarang dan Happy Harvest di Summarecon Mall Bekasi.
Di sektor hiburan, terdapat gerai baru yang dibuka antara lain Wonder Universe di Living World Alam Sutera, Playlandia di Mall@ Alam Sutera, dan Kidzoona di Living World Grand Wisata. Sementara itu, Gold’s Gym telah menutup beberapa lokasi , termasuk The Breeze, Bintaro Xchange, dan Grand Metropolitan. (SAN)