Q4 2022, Titik Balik Pulihnya Properti

Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Jakarta – Sejumlah 90 persen responden menggambarkan optimisme terhadap akan pulihnya sektor properti di tahun 2022. Kemudian, dengan 57 persen responden yang mengindikasikan bahwa sektor properti akan sepenuhnya bangkit di kuartal keempat tahun ini. Demikian tertuang dalam survei bertajuk Indonesia Property Survey pada April 2022 dengan peserta berbagai pelaku properti oleh Knight Frank Indonesia.
“Sebagian besar responden menilai bahwa kenaikan PPN, tingginya inflasi, dan krisis ekonomi global akan sangat berdampak terhadap perkembangan sektor properti saat ini. Namun optimisme tetap tergambar. Apalagi dengan masih adanya insentif PPN DTP yang bisa membantu menggenjot performa subsektor residensial,” kata Senior Research Advisor, Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat dalam keterangan resminya, Rabu, 25 Mei 2022.
Survei tersebut merangkum pandangan terkini mengenai pasar properti di Indonesia, khususnya awal tahun 2022. Survei juga mencatat beberapa potensi tantangan dan resiko dalam bangkitnya sektor properti.
Sekitar 66 persen responden mengungkapkan naiknya gelombang inflasi global dan nasional akan sangat berdampak pada pemulihan sektor properti. Sementara itu, masing-masing 61 persen dan 59 persen responden juga berpendapat bahwa pemberlakuan kenaikan angka Pajak Pertambahan Nilai (PPN) serta krisis global akibat perang Ukraina-Rusia merupakan dua faktor utama yang berdampak negatif pada pemulihan sektor properti secara umum.
Sementara itu, survei juga mencatat bahwa subsektor residensial masih mendominasi (60 persen). Dominasi sebagai sektor properti yang mampu memiliki performa positif bahkan di tengah berbagai tantangan di atas.
Investasi Properti
Indonesia Property Survey juga mencatat bahwa selain wilayah Jabodetabek, beberapa kota wisata sebagai lokasi yang potensial untuk investasi properti. Prospektif dalam periode 3-5 tahun kedepan, termasuk Bali (24 persen), Lombok (11 persen), dan Labuan Bajo (11 persen).
Penajam Paser Utara, sebagai calon IKN (Ibu Kota Negara), juga dianggap sebagai kota yang potensial untuk investasi properti oleh 16 persen responden.
“Rencana pemerintah memindahkan IKN menjadikan kota tersebut cukup prospektif untuk investasi properti beberapa tahun ke depan selain Jakarta dan Bodetabek. Perspektif baru juga terbentuk di mana potensi investasi properti melebar dari kawasan bisnis strategis konvensional. Namun juga dapat dilakukan pada wilayah dengan pergerakan ekonomi yang berpusat pada pariwisata seperti Bali, Lombok, dan Labuan Bajo,” jelas Country Head, Knight Frank Indonesia, Willson Kalip. (SAN)