Demi Selamatkan Perusahaan, Taipan Properti Tiongkok Rogoh Kocek Pribadi Rp54,2 T

Sejumlah taipan properti Tiongkok terpaksa menjual aset mewah pribadinya hingga saham perusahaan  untuk melakukan tindakan penyelamatan.
0
643
Ilustrasi Properti Tiongkok

Jakarta – Taipan properti di Negeri Tirai Bambu rela merogoh koceknya sendiri demi menyelamatkan perusahaan. Tak tangung-tanggung, total nilai uang yang keluar dari saku pribadi mencapai USD3,8 miliar atau setara Rp54,2 triliun (mengacu kurs Rp14.273,30 per USD1). Taipan properti Tiongkok melakukan hal itu agar perusahaan miliknya dapat terlepas jerat kebangkrutan akibat gagal bayar hutang.

Sejumlah taipan properti Tiongkok terpaksa menjual aset mewah pribadinya hingga saham perusahaan  untuk melakukan tindakan penyelamatan. Setidaknya ada tujuh pemilik perusahaan properti yang menggunakan kekayaan pribadi agar perseroan terhindar dari kebangkrutan.

“Di Tiongkok, regulator dapat menekan pemegang saham besar atau pengendali untuk mencampurkan aset pribadi mereka dengan perusahaan dan memperlakukan keduanya sebagai hal yang tak terpisahkan,” jelas  Director of the Asia Global Institute at the University of Hong Kong, Zhiwu Chen, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Rabu, 24 November 2021.

Zhiwu melanjutkan, pemegang saham pengendali, terutama pendiri, sering memperlakukan aset perusahaan seolah-olah itu milik pribadi mereka.

Kondisi sektor properti Tiongkok yang belum membaik, ditandai dengan turunnya penjualan rumah membuat perbankan enggan untuk memberikan pinjaman. Selain itu, imbal hasil di pasar obligasi luar negeri mengalami lonjakan. Karena itu, jalan terakhir untuk menyelamatkan roda bisnis perusahaan adalah dengan mengandalkan uang pribadi pemiliknya.

Namun, apa yang dilakukan oleh para taipan properti Tiongkok tersebut berbeda dengan pemilik properti di negara lain. Di luar Tiongkok, pemilik perusahaan properti memiliki tanggung jawab terbatas dan melindungi kekayaan pribadinya dari klaim kreditur.

Evergrande

Setidaknya untuk saat ini, langkah taipan properti tersebut berhasil meningkatkan sentimen positif di antara pemegang obligasi. Sebut saja, China Evergrande Group berhasil memulihkan obligasi dalam mata uang USD yang meningkat 8,25 persen menjadi sekitar 30 sen USD dari bulan sebelumnya sempat menyentuh angka terendah 22,7 sen USD.

Hal itu bisa terjadi karena pemilik perusahaan, Hui Ka Yan berhasil mengumpulkan dana yang berasal dari pelepasan aset pribadi dan menjaminkan saham. Raksasa properti Tiongkok itu pun sukses menghindari gagal bayar tiga kali dengan membayar bunga obligasi yang telah jatuh tempo.

Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan-perusahaan, seperti Sunac China Holdings Ltd., Guangzhou R&F Properties Co., Shimao Group Holdings Ltd. dan CIFI Holdings Group Co. Semuanya berhasil mengalami peningkatan bisnis setelah mendapat dukungan dari pemilik perusahaan. (SAN)