Biaya Fit Out Perkantoran Asia Pasifik Naik 10,8%

Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk fit-out alias mendesain dan membangun perkantoran Asia Pasifik meningkat 10,8 persen secara tahunan.
0
501
Ilustrasi Fit Out Perkantoran Asia Pasifik

Jakarta – Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk fit-out alias mendesain dan membangun perkantoran Asia Pasifik meningkat 10,8 persen secara tahunan. Demikian menurut laporan konsultan properti JLL bertajuk Asia Pacific Fit-Out Cost Guide 2021/2022.

“Seiring pemulihan sektor ekonomi, kami melihat lonjakan yang signifikan pada biaya fit-out perkantoran di wilayah ini, terutama di kota-kota yang sangat bergantung pada tenaga kerja asing dan bahan impor,” jelas Executive Managing Director, Project Development Services, JLL Asia Pacific Martin Hinge dalam keterangan resmi yang diterima industriproperti.com, Rabu, 22 Desember 2021.

Biaya fit-out perkantoran Asia Pasifik saat ini berkisar USD1.109 per meter persegi. Kenaikan harga di sebagian besar pasar, seperti gangguan rantai pasokan, kurangnya tenaga kerja, ketersediaan bahan, dan kenaikan harga bahan baku.

Penelitian mengungkapkan bahwa biaya fit-out bervariasi antara satu pasar dengan pasar lainnya, mulai dari USD1.902 per meter persegi di Tokyo yang merupakan pasar termahal di Asia Pasifik, hingga USD669 per meter persegi di Ahmedabad, India. Dalam 12 bulan ke depan, JLL memperkirakan adanya kenaikan harga fit-out perkantoran Asia Pasifik, terutama di beberapa pasar di Tiongkok, India dan Asia Tenggara.

“Dengan belum berakhirnya pembatasan penempatan tenaga kerja dan keharusan mencari bahan alternatif yang berpotensi lebih mahal, kenaikan harga mungkin masih akan berlanjut di seluruh wilayah,” kata Hinge.

Namun, beberapa tanda pemulihan mulai nampak seiring dengan meningkatnya tingkat vaksinasi dan dimulainya perjalanan antar wilayah. Hal ini bisa saja menutup kekurangan ahli dan tenaga kerja di pasar tertentu.

Prinsip Keberlanjutan

Kendati ada kenaikan biaya, desain perkantoran akan tetap menjadi fokus utama banyak perusahaan pada tahun depan. Menurut laporan tersebut, para pebisnis telah mengalokasikan investasi yang lebih banyak di tiga aspek utama pada tahun depan, yaitu teknologi & peralatan audio visual, fasilitas elektronik dan mekanis. Misalnya, sensor dan filtrasi, serta fitur-fitur hijau seperti taman di atap, tanaman di dalam ruang, dan penghematan air.

“Membangun sebuah kantor dengan prinsip keberlanjutan menciptakan nilai yang nyata bagi korporasi. Hal ini tidak hanya untuk menurunkan biaya operasional melalui efisiensi energi. Tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan kondusif untuk memenangi persaingan,” ujar Hinge.

Seiring berkembangnya kantor menjadi tempat kolaborasi untuk menciptakan ide-ide baru, perusahaan mulai menerapkan model kerja hybrid. Model tersebut menghadirkan pengalaman virtual dan fisik yang mulus bagi karyawan mereka.

“Kita juga bisa memprediksi komitmen baru untuk pengeluaran keberlanjutan. Bersamaan dengan evolusi kantor yang terus-menerus, untuk meningkatkan pengalaman karyawan secara keseluruhan,” tutup Hinge. (SAN)