Begini Cara Ciputra Group Hadapi Pandemi

0
571

Memaknai hari jadi REI, industriproperti.com selaku Official Broadcasting Partner HUT REI ke-49, hadir menyapa pembaca setia di seluruh Tanah Air. Silakan menikmati beragam berita melalui gawai Anda, dalam bingkai kenduri HUT REI ke-49 ditengah keterbatasan pandemi…

Agar tidak ketinggalan, berikut ini berita sebelumnya dan di sini. Anda pun bisa mengikuti berita lainnya di sini, di sini, di sini, di sini juga di sini

Jakarta – Industri properti komersial jadi segmen usaha realestat yang paling terpukul dalam kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Subsektor yang paling terdampak pelemahan ekonomi antara lain perhotelan dan properti pendukung pariwisata, perkantoran, retail, dan pusat perbelanjaan.

“Properti residensial untuk segmen kelas atas juga ikut terkena, tapi masih lebih kecil ketimbang segmen lainnya. Portofolio proyek properti residensial di grup kami memang lebih besar ketimbang properti komersial lainnya sehingga tidak terlalu terdampak,” ucap Managing Director Ciputra Group, Budiarsa Sastrawinata, saat berbicara di webinar memperingati HUT REI ke-49, Kamis, 11 Februari 2021.

Budiarsa menuturkan, sebelum pandemi pusat perbelanjaan sebenarnya sudah mengalami kontraksi. Hal ini seiring kemajuan teknologi digital sehingga semakin banyak orang yang menggemari belanja secara virtual, baik di toko online, online shop, maupun marketplace.

“Pusat perbelanjaan terpengaruh dengan lifestyle masyarakat. Sebelum krisis sudah terlihat, bahwa era teknologi yang maju pesat, sudah tidak banyak orang yang pergi ke mal. Untunglah, sebelum krisis pun, kami sudah mengurangi persentase toko-toko, dan meningkatkan gerai-gerai untuk food and beverages dan lifestyle experience,” ujar Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat (DPP) REI periode 1989 – 1992.

Budiarsa Sastrawinata saat Rakernas REI Tahun 1993 (Foto: Dok DPP REI)

Digitalisasi Pemasaran Properti

Berbekal keyakinan bahwa teknologi digital marketing adalah masa depan dunia. Dari situ, Ciputra Group sudah mulai menyiapkan infrastruktur teknologi digital guna menunjang pemasaran produk propertinya. Bahkan, upaya tersebut sudah mulai berjalan sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.

“Dengan dukungan teknologi IT, sebelum krisis kita sudah mulai digitalisasi karena semua akan mengarah ke sana. Saat krisis, pematangan infrastruktur digital marketing kita percepat,” ucap Wakil Ketua Umum Asosiasi Pemilik Lapangan Golf Indonesia (APLGI) periode 2018 – 2022.

Ternyata pasar merespons positif strategi Ciputra Group yang mengandalkan digitalisasi pemasaran properti. Respons pasar luar biasa, karena selama aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), tidak ada kunjungan ke lokasi proyek. “Calon konsumen bisa cek produk kita melalui virtual sehingga bisa melihat jelas tanpa harus datang ke lokasi proyek. Hal itu akhirnya menjadi kebiasaan konsumen, bahkan hingga memilih unit dan membayar uang muka rumah tanpa perlu datang secara fisik,” tutur suami Rina Ciputra, putri pertama almarhum Ir. Ciputra.

Konsep Hijau

Jauh sebelum pandemi menerpa, kelompok dengan label Ciputra sudah memberlakukan konsep pembangunan berkelanjutan. Adalah PT Ciputra Residence, anak usaha PT Ciputra Development Tbk yang telah mengantongi sertifikasi Excellence in Design for Greater Efficency (EDGE). Sertifikasi ini merupakan pengakuan dari International Finance Corporation (IFC), anggota kelompok World Bank, kepada perusahaan yang berhasil menerapkan konsep ‘hijau’.

“Kami harus memenuhi sejumlah kriteria, antara lain 20 persen penghematan dalam pemanfaatan air, 20 persen hemat penggunaan listrik, dan 20 persen hemat pemakaian bahan bangunan. Memang menambah sedikit biaya pembangunan, tapi itu semua akan mengarah ke sana,” tegas lulusan Teknik Sipil University of Plymouth, Inggris.

Potensi Daerah

Pada kesempatan itu, Budiarsa juga menyoal perkembangan industri properti di sejumlah kota besar di Indonesia. Menurut dia, wilayah kota-kota besar di Indonesia relatif memiliki resistensi terhadap krisis secara lebih baik daripada daerah lainnya. “Secara umum, kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar lebih dapat bertahan dari ancaman krisis ketimbang daerah lain. Ibu Kota Jakarta dan kota-kota di sekelilingnya punya resiliensi lebih baik,” ujar Wakil Ketua Umum III DPP REI periode 1995-1998.

Budiarsa menjelaskan, pada daerah yang sebagian besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari sumberdaya alam seperti pertambangan dan perkebunan, sudah mengalami kontraksi ekonomi sejak sebelum pandemi. “Tentunya setelah adanya pandemi, tekanan ekonomi kepada daerah-daerah tersebut akan semakin terasa,” tukas Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 2004 – 2009.

Untuk wilayah Kalimantan, imbuh Budiarsa, pengembang tentunya berharap banyak dari rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN). “Kelihatannya saat ini agak tertunda karena Pemerintah Pusat masih konsentrasi ke penanganan Covid-19. Namun, yang pasti rencana itu jadi harapan besar, khususnya bagi para pengembang, teman-teman kita di Kalimantan Timur,” pungkas Presiden INTA (International Urban Development Association). (BRN)