Mau ‘Survive’ dari Pandemi? Nih, Ikuti Saran Senior REI

0
402
Apartemen (Foto: Sandiyu Nuryono)

Memaknai hari jadi REI, industriproperti.com selaku Official Broadcasting Partner HUT REI ke-49, hadir menyapa pembaca setia di seluruh Tanah Air. Silakan menikmati beragam berita melalui gawai Anda, dalam bingkai kenduri HUT REI ke-49 ditengah keterbatasan pandemi…

Agar tidak ketinggalan, berikut ini berita sebelumnya dan di sini. Anda pun bisa mengikuti berita lainnya di sini, di sini, di sini, serta di sini

Jakarta – Pandemi Covid-19 masih terus bergulir. Semua sektor usaha terkena imbas akibat pelemahan ekonomi nasional. Adakah solusi bagi pelaku usaha properti agar dapat keluar dari jerat krisis akibat pandemi?

“Dalam bahasa mandarin, krisis disebut Weiji (危 机) yang terdiri dari dua kata, yaitu wei (危) atau bahaya dan ji (机) yang artinya peluang atau kesempatan. Jadi dalam krisis, selain bahaya tentu ada kesempatan,” beber pendiri sekaligus Chief Executive Officer PT Intiland Development Tbk, Hendro S. Gondokusumo, saat menjadi narasumber webinar HUT Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) ke-49, Kamis, 11 Februari 2021.

Hendro menyebut, pelaku usaha harus berani menghadapi krisis akibat pandemi. “Memang tidak pasti akan selalu berhasil. Tapi, setidaknya kita dapat belajar dari krisis yang ada. Tidak boleh lari dari krisis,” tegas jebolan National University of Singapore.

Bagi sebagian kelompok milenial (lahir antara tahun 1981 – 1996), atau generasi Z (lahir antara tahun 1997 – 2012), mungkin baru pertama kali ini berhadapan langsung dengan krisis ekonomi. Namun, untuk kalangan Baby Boomer, yang lahir pada 1946 – 1964, ini bukan kali pertama mengalami krisis ekonomi.

“Krisis saat ini betul-betul berbeda karena pemicunya adalah pandemi Covid-19 yang tidak hanya menimbulkan efek krisis ekonomi semata. Tapi juga mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa manusia,” imbuh Komisaris PT Metropolitan Land (Metland) Tbk, Nanda Widya.

Nanda mencontohkan, krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 silam. Kala itu, krisis ekonomi yang sangat parah menerpa Indonesia. Mulai dari ambruknya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, keringnya likuiditas perbankan, hingga banyaknya dunia usaha yang bermasalah.

“Krisis saat itu kondisi di Pulau Jawa sangat berat. Sedangkan di Sumatera dan Sulawesi relatif tidak terlalu terdampak. Ketika itu, sektor industri properti macet karena tidak ada penjualan sama sekali,” ucap kelahiran tahun 1954 yang bergabung di Metland sejak 1994.

Jangan Takut Konservatif

Kendati berlainan pemicu, setiap krisis ekonomi memiliki dampak relatif sama terhadap dunia usaha. Yang paling terasa sekali dalam setiap krisis ekonomi adalah kesulitan likuiditas. “Saya yakin dalam situasi krisis ini semuanya pasti merasakan hal yang sama. Pertama adalah cashflow pasti terganggu sehingga perlu penyesuaian dengan pengeluaran,” tukas Managing Director Ciputra Group, Budiarsa Sastrawinata.

Budiarsa Sastrawinata bersama Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Permukiman (1993 – 1998) Akbar Tanjung (Foto: Dok DPP REI)

Untungnya, raksasa properti milik taipan almarhum Ciputra sudah menetapkan kebijakan serta strategi yang terbilang konservatif. “Kami sudah sejak lama menerapkan policy dan strategi konservatif sehingga dalam situasi krisis ini tidak terlalu kaget. Berat atau ringannya kita menghadapi situasi krisis pasti terpengaruh kondisi pada saat sebelum krisis,” ujar alumni Teknik Sipil di Plymouth Polytechnic, Plymouth, Inggris.

Budiarsa menyebut, penghematan menjadi sebuah keniscayaan dalam situasi krisis akibat pandemi Covid-19. Bahkan, hal yang paling awal dalam menyikapi situasi krisis adalah menekan pengeluaran. “Baru kemudian kita dapat mempertimbangkan untuk menunda ekspansi agar tidak seagresif seperti situasi normal,” cetus pemegang gelar MBA dari Institut Manajemen Prasetiya Mulya (kini berganti nama menjadi Universitas Prasetiya Mulya).

Tunda Proyek Besar

Manajemen Metland bahkan melakukan langkah lebih ekstrem lagi. Selain memangkas pengeluaran, korporasi dengan kode saham MTLA ini bahkan menunda pengerjaan sejumlah proyek properti yang menyedot anggaran relatif besar.

Nanda Widya (paling kanan) saat momen MUNAS VI REI (Foto: Dok DPP REI)

Perseroan juga menempuh kebijakan yakni melepas proyek-proyek yang dapat segera diperjualbelikan sehingga bisa menjaga arus kas. Tidak hanya itu, imbuh Nanda, kini korporasi juga lebih berfokus pada proyek yang nilai jualnya kurang dari Rp 1 miliar per unit.

“Efisiensi bertujuan mengurangi biaya perusahaan. Termasuk melakukan negosiasi ulang dengan perbankan apabila ada persoalan pinjaman. Kami juga tidak segan-segan bekerjasama dengan agen-agen pemasaran serta menjalin kemitraan dengan developer lainnya,” ungkap Nanda.

Nanda mengutarakan, pihaknya juga terus berupaya melakukan perbaikan sistem operasionalisasi manajemen perusahaan. “Kami menerapkan strategi membangun optimisme karyawan dengan employee engagement pasca pandemi Covid-19,” tutur Anggota Badan Pertimbangan Organisasi (BPO) REI periode 2019 – 2022.

Properti Bukan Bisnis Kompetitif

Hendro S Gondokusumo mengajak agar tidak ada kompetisi antara sesama pelaku usaha properti di Indonesia. “Saya selalu katakan, properti bukan usaha bersaing. Properti adalah usaha untuk dapat saling mengisi,” tegas Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Properti.

Hendro S Gondokusumo bersama Ketua Umum REI 1992 – 1995 Enggartiasto Lukita (Foto: Dok DPP REI)

Hal itu dia buktikan dengan sukses mendirikan sejumlah properti yang sebagian bahkan menjadi ikonik. Padahal, di sekitar lokasi proyeknya juga terdapat beragam properti mewah sejenis besutan pengembang besar lainnya.

“Kami bikin diferensiasi dari sisi desai produk properti. Selain itu lokasinya juga harus agak berbeda. Kalau tidak begitu, pembeli tidak akan melirik proyek properti bikinan kita,” ujar Ketua Asosiasi Pemilik Lapangan Golf Indonesia (APLGI) periode 2014 – 2018.

Itulah sekelumit pengalaman tiga tokoh senior REI yang telah lebih dari empat dekade berkiprah di industri properti di Indonesia. Semoga dapat menginspirasi pembaca setia industriproperti.com. (BRN)