Perhelatan G20 Diprediksi Dongkrak Okupansi Hotel di Bali

Ilustrasi Hotel di Bali (Foto: Istimewa)
Jakarta – Seiring perhelatan G20 pada 30-31 Oktober 2022 di Bali, performa sektor perhotelan diprediksi akan lebih baik daripada tahun lalu. Ajang tersebut akan meningkatkan okupansi hotel di Bali hingga 40 persen.
“Proyeksi di Bali kita lihat, tahun 2022 akan naik karena Bali akan menjadi tuan rumah G20. Harapan kita bahwa okupansi hotel akan lebih membaik daripada tahun lalu bisa hampir mencapai 40 persen. Walaupun memang tingkat okupansi belum kembali ke normal,” jelas Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto dalam Media Briefing virtual, baru-baru ini.
Ferry menjelaskan, sebagai tuan rumah penyelenggaran G20 dapat menjadi salah satu cara menarik wisatawan untuk kembali berlibur ke Bali.
Revenge Tourism juga akan menjadi hal yang sangat positif terhadap jumlah pengunjung ke Bali. Sementara itu, kondisi dua tahun terakhir menjadi waktu yang tepat bagi pelaku bisnis perhotelan untuk meningkatkan kualitas layanan dan produk mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
Bagi pasar perhotelan, sektor ini akan bangkit relatif cepat dalam hal tingkat okupansi diikuti dengan tarif kamar. Beberapa pemilik hotel telah menghabiskan cadangan kas selama periode dua terakhir.
“Sehingga masih banyak peluang bagi investor untuk membeli hotel atau saham hotel atau portofolio, sehingga hal tersebut mampu mendatangkan modal untuk capex, renovasi kamar dan ekspansi,” ungkap Head of Capital Markets & Investment Services Colliers Indonesia, Steve Atherton.
Sepanjang 2021, kondisi di Bali sudah mulai membaik. Namun mengalami penurunan yang signifikan pada bulan Juli 2021. “Kalau kita lihat ketimbang tahun 2020, tingkat keterisiannya sudah mulai membaik. Namun masih belum bisa kembali ke tingkat okupansi yang normal di tahun 2019,” ungkap Ferry.
Dominasi Domestik
Wisatawan domestik, imbuh Ferry, masih mendominasi Bali. Seiring dengan membaiknya kondisi Indonesia secara umum, mulai banyak kegiatan yang di selenggarakan di Bali. Salah satunya adalah MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).
“Kebanyakan wisatawan domestik. Jadi, kalau kita lihat ada beberapa kegiatan MICE dan juga pemerintah beberapa kali sudah menyelanggarakan kegiatan di Bali,” ucap Ferry.
Sayangnya, pembukaan keran kedatangan langsung internasional ke Bali untuk beberapa negara di bulan Oktober 2021 belum bisa meningkatkan okupansi hotel di Bali. Sebab, wisatawan mancanegara merasa peraturan karantina menghambat waktu dan biaya liburan mereka.
“Ini membuat tamu mancanegara masih enggan untuk datang ke Bali. Mereka merasa akan menghabiskan waktu dan uang kalau harus karantina begitu sampai di Bali. Itu yang menjelaskan kenapa kedatangan wisatawan di Bali selama tahun 2021 relatif flat, bahkan cenderung sedikit sekali,” kata Ferry. (SAN)