40,95 Persen Milenial Beli Properti Sendiri

Ini menunjukkan bahwa generasi milenial yang “melek” properti sudah cukup banyak dan memiliki potensi yang cukup besar.
0
135
Ilustrasi Rumah Milenial

Jakarta – Hasil riset Indonesia Property Watch (IPW) menyebutkan bahwa sebanyak 40,95 persen generasi milienial membeli properti sendiri. Ini menunjukkan bahwa generasi milenial yang “melek” properti sudah cukup banyak dan memiliki potensi yang cukup besar.

“Milenial yang melek properti sudah cukup banyak. Kalau data kami 40,95 persen milenial membeli sendiri properti. Memang relatif lebih banyak yang dibantu orang tua. Tapi itu tidak masalah. Artinya, ini orang tua sudah memikirkan anaknya membeli properti,” jelas CEO IPW Ali Tranghanda Webinar “Kuat Bersama Sektor Properti sebagai Lokomotif Pemulihan Ekonomi” secara daring, Jumat 4 Februari 2022.

Ali menjelaskan, range harga properti yang mampu generasi milenial beli berkisar antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar. Sementara itu usia milenial berkisar antara 27 tahun hingga 39 tahun dengan pembelian properti berasal dari informasi media sosial senanyak 87,9 persen. Generasi milenial tersebut sebanyak 38,79 persen sudah berkeluarga dengan memiliki anak dengan gaji sekitar Rp8,5 juta per bulan.

Adapun Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Kawasan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (DPP REI), Hari Ganie menambahkan, potensi pasar milenial di Indonesia sangat besar. Dari 270 juta jiwa masyarakat Indonesia, sekitar 25 persennya merupakan generasi milenial yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

“Kalau fokus di Jabodetabek saja maka ada 15 juta jiwa potensi pasar milenial. Pasar milenial ini yang umurnya 22 sampai 39 tahun ada yang fresh graduate sampai yang sudah mature. Mereka punya penghasilan yang berbeda. Dengan penghasilan yang berbeda ini mereka bisa msuk ke produk-produk dengan harga Rp200 juta hingga Rp400 juta,” terang Hari.

Sosialisasi

Hari melanjutkan generasi milenial memiliki pola hidup yang cukup unik. Mereka cenderung mengabaikan untuk memiliki rumah dan lebih memilih untuk mengikuti lifestyle, seperti nongkrong, traveling, hobi-hobi dan technology minded.

“Ini yang perlu kita perhatikan karena concern mereka terhadap pemilikan rumah berkurang seperti juga concern mereka terhadap pemilikan mobil juga berkurang. Perlu sosialisasi dari kita semua yang bergerak di sektor properti untuk mengajak genereasi milenial. Mereka tetap perlu memiliki rumah karena kenaikan harga rumah jauh lebih tinggi kenaikan penghasilan mereka,” pungkas Hari. (SAN)