IKN Pindah, Properti Jakarta akan Tetap Tumbuh

Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Jakarta – Hasil survei Knight Frank Indonesia memperlihatkan 73% responden mengatakan bahwa pindahnya Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Penajem Paser Utara, Kalimantan Timur tidak akan berdampak banyak terhadap pertumbuhan pasar properti di Jakarta, khususnya dari segi harga.
“Pengembangan IKN diprediksi tidak akan berpengaruh signifikan dalam jangka pendek terhadap pertumbuhan properti di Jakarta. Baik dalam sisi pasokan, permintaan, harga, maupun tingkat hunian. Kawasan Jabodetabek. Khususnya Jakarta, akan tetap menjadi poros untuk beragam kegiatan bisnis dan investasi properti,” jelas Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip dalam keterangan resminya, Kamis, 2 Juni 2022.
Kalip menjelaskan, sebanyak 54% responden juga menilai hal tersebut tidak akan berpengaruh negatif terhadap tingkat okupansi properti di Jakarta. Knight Frank Indonesia melakukan Indonesia Property Survey pada April 2022. Survei tersebut merangkum pandangan terkini mengenai pasar properti di Indonesia, khususnya awal tahun 2022.
Optimisme akan terus bertumbuhnya sektor properti di Jakarta juga tercatat dari tidak akan terpengaruhnya jumlah pasokan (68%). Selai itu, tidak berpenaru pula pada permintaan (63%) properti di Jakarta.
Sebagai tambahan, sektor residensial dan perkantoran prediksinya juga akan terbangun paling awal di pengembangan IKN. Fasilitas logistik dan industri, hotel, serta ritel juga dinilai perlu dibangun pada tahapan awal.
Indonesia Property Survey juga mencatat beberapa kota lain yang potensial untuk investasi properti 3-5 tahun kedepan. Penajam Paser Utara juga termasuk sebagai salah satu kota yang potensial untuk investasi properti oleh 16% responden.
Dampak PPN 12%
Adapun lembaga konsultan properti Collier Indonesia menyatakan, rencana pemerintah untuk menaikkan PPN menjadi 12% pada tahun 2025 akan menjadi tantangan bagi pasar properti.
Jika kita melihat pasar properti, kita tidak hanya melihat faktor eksternal, seperti faktor ekonomi yang mencakup kenaikan biaya seperti yang kita hadapi saat ini. Tetapi juga faktor internal dari sisi penawaran.
“Sektor dengan kondisi kelebihan pasokan saat ini melihat kebijakan tersebut sebagai tantangan tambahan. Secara keseluruhan, kami memperkirakan bisnis properti akan memiliki daya tarik lebih selama dua atau tiga tahun ke depan karena didukung oleh penguatan ekonomi,” ungkap Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto. (SAN)