Imbas Trump Tariff dan Efisiensi Anggaran Pemerintah ke Sektor Properti

Sektor properti tanah Air dihadapkan pada dua tantangan dari dalam dan luar negeri di kuartal pertama tahun 2025.
0
211
tarif trump dan efisiensi anggaran dapat mempengaruhi sektor properti.

Jakarta – Dunia properti tengah dihadapkan pada sedikitnya dua tantangan baru di empat bulan pertama tahun 2025. Tantangan pertama datangnya dari luar negeri, yakni kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang baru saja menerapkan tarif impor. Kemudian tantangan datang dari dalam negeri, yakni pemerintah tengah gencar menerapkan kebijakan efisiensi anggaran.

“Imbas tarif ini secara umum tentu akan menghambat jumlah ekspor Indonesia ke Amerika karena dikenakan pajak yang cukup tinggi. Itu akan berdampak langsung kepada ekonomi secara keseluruhan. Kita lebih melihat faktor yang tidak langsung terhadap industri properti secara umum. Pertumbuhan properti harus ditunjang oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih baik,” jelas Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto dalam Colliers Virtual Media Briefing Q1 2025, Senin, 14 April 2025.

Salah satu sektor properti yang terimbas dua kebijakan tersebut adalah sektor perkantoran meski tak memberikan dampak secara langsung karena lebih terkait pada arus perdagangan akibat tarif ekspor naik.

Perusahaan dengan bisnis yang terkait langsung dengan dunia perdagangan internasional, akan mengkaji ulang struktur perusahaan, termasuk kebutuhan ruang kantor di masa yang akan datang. Diharapkan pemerintah dapat memfasilitasi kerja sama dan perjanjian dagang baru, untuk menarik minat investor asing berekspansi ke Indonesia, dan selanjutnya akan mendorong permintaan ruang kantor jangka panjang.

Di sisi lain, kebijakan pemerintah terhadap efisiensi budget bisa jadi akan mempengaruhi sektor swasta. Apabila ini terjadi, tentunya akan mempengaruhi tingkat permintaan ruang kantor di masa mendatang.

Sektor properti lainya yang terimbas adalah ritel. Pengenaan tarif tambahan (Trump Tariff) diharapkan dapat mendorong produksi lokal dan mengurangi ketergantungan pada produk impor. Dengan pengenaan tarif tambahan di Asia yang lebih tinggi dari Indonesia, diharapkan arus investasi dapat meningkat seperti sektor tekstil, sepatu, dan barang konsumsi.

Buka Lapangan Kerja 

Kondisi tersebut dapat menciptakan lapangan kerja baru terbuka dan daya beli masyarakat meningkat. Lebih jauh akan memberikan dampak pada kinerja penjualan ritel dan tingkat hunian mal. Meskipun belum banyak, beberapa retailer terutama F&B telah membuka gerai pertamanya di Indonesia.

“Artinya, pasar Indonesia masih menjanjikan untuk ekspansi. Diharapkan kerja sama terkait regulasi dari pemerintah dapat terus mendorong lebih banyak retailer asing untuk masuk ke Indonesia,” ucap Ferry.

Sementara untuk sektor perhotelan, kondisi perekonomian dunia yang belum menentu bisa memaksa pelaku bisnis semakin berhati-hati dalam mebuat keputusan, termasuk salah satunya untuk melakukan business trip. Sedangkan, efisiensi anggaran pemerintah, banyaknya libur nasional di kuartal pertama tahun 2025 serta bulan Ramadhan yang tepat jatuh satu bulan pada Maret 2025 membuat performa lebih rendah dari prediksi. (SAN)